Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Tycho Brahe



Bangsawan yang menjadi astronomer

Tycho Brahe
(1546  – 1601)


Tycho Brahe




Masa kecil

Nama kecil Tycho Brahe adalah Tyge Brahe. Nama itu diubah karena ada keharusan bahwa nama harus dibaca dalam bahasa Latin, maka pada usia 15 tahun Tyge berubah menjadi Tycho. Tycho adalah anak pasangan keluarga bangsawan namun bukan kaum cendekiawan, Otte Brahe dan Beate Bille. Otte Brahe, ayah Tycho, adalah seorang bangsawan yang memunyai hubungan dekat dengan kalangan raja sekaligus menjadi pendukungnya. Beate Bille, ibu Tycho merupakan keturunan keluarga terkemuka yang menghasilkan banyak rohaniawan dan politikus Denmark bahkan berteman dengan Ratu Anne, saudara Raja Frederick.

Tycho lahir sebagai anak kembar, namun saudara kembarnya meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Tycho adalah anak sulung dan kelak memunyai banyak adik laki maupun adik perempuan.
Ketika masih berumur 2 tahun, Tycho diminta dan diasuh oleh Jorgen Brahe - adik kandung Otte - dan istrinya, Inger Oxe, karena keduanya tidak memunyai keturunan. Mereka menganggap Tycho seperti anak kandung sendiri sampai Jorgen meninggal. Tycho tinggal di kastil Tostrup, tempat tinggal Jorgen sampai umur 6 tahun sebelum pindah ke kastil Vordingborg karena Jorgen dipromosi dan mutasi kesana.
Perihal meninggalnya Jorgen dapat disebutkan bahwa Raja dan Jorgen sedang minum-minum (barangkali mabuk), dan berjalan-jalan namun Raja terjatuh dari atas jembatan Amager. Jorgen segera terjun menolong dan mampu menyelamatkan Raja, namun jiwanya sendiri tidak tertolong.


Kuliah

Tidak lama tinggal di Vordingborg, Tycho memasuki usia sekolah dan duduk di  sekolah Kathedral yang ada di dekat kastil. Ayah kandungnya, Otte Brahe, menyatakan bahwa belajar bahasa Latin adalah pemborosan waktu, namun semua itu tidak ditanggapi oleh Tycho dan terus bersekolah sampai umur 12 tahun,  sebelum  masuk ke universitas. Pada tahun 1559, Tycho masuk universitas Copenhagen. Menuruti kemauan Jorgen, Tycho mengambil jurusan hukum, namun juga mempelajari subyek-subyek lainnya sebelum tertarik pada astronomi.
Gerhana terjadi pada tahun 1560, dan sudah diprediksi orang, rupanya hal ini memberi impresi mendalam bagi diri Tycho sehingga memutuskan untuk mempelajari astronomi dengan bantuan profesor-profesor universitas yang diketahuinya. Tycho mulai mempelajari astronomi dengan membeli buku-buku astronomi karya: Apianus, Sacrobosco, Regiomontanus. Pada awalnya Tycho belajar astronomi secara sembunyi-sembunyi.
Ayah kandungnya menyatakan bahwa Tycho harus menjelajah ke mancanegara guna menambah pengalaman. Awal tahun 1562, lawatan pertama Tycho adalah ke universitas Leipzig. Masa itu belum banyak buku tentang astronomi dan dalam perjalanan ini Tycho membeli buku karya Durer tentang peta konstelasi. Pada jaman itu untuk melakukan perjalanan harus menggunakan kereta kuda dan menembus hutan dan memakan waktu berminggu-minggu. Tidaklah mengherankan apabila yang mampu melakukan perjalanan pada masa itu hanya golongan bangsawan.
Mengawali observasi pada tahun 1563, ketika masih di Leipzig dan mencatat semua hasilnya. Observasi kedua yang dicatat Tycho adalah sejajarnya planet Jupiter dengan planet Saturnus. Tidak satupun catatan dari Copernicus maupun Ptolemy yang memprediksikan terjadinya peristiwa itu. Perhitungan Ptolemy berselisih beberapa bulan sedangkan perhitungan Copernicus meleset beberapa hari. Tycho, dengan penuh percaya diri, meski umur belum mencapai 17 tahun, menyatakan bahwa dirinya pasti dapat melakukan prediksi dengan lebih akurat. Lulus pada umur 21 tahun dan fasih berbahasa Denmark, Latin, Yunani dan Ibrani. Seperti halnya keluarganya, Tycho kemudian diangkat dari jabatan courtier atau knight, sebelum dilatih guna melayani Raja. Lazim seperti keturunan aristokrat lainnya, periode ini dilalui dengan melakukan kunjungan ke mancanegara khususnya menimba ilmu di universitas.


Astronomi tradisional

Astronomi tradisional, sebelum renaisans, dipilah ke dalam dua aras (level): dasar dan lanjutan. Aras dasar (primum mobile)  hanya melakukan pengamatan pada langit di malam hari: bagaimana benda-benda langit ‘timbul’ dan ‘tenggelam’ setiap malam, dan kenyataan bahwa benda-benda tersebut berubah sepanjang tahun secara teratur menurut daur tahunan. Untuk mendalami fenomena ini secara lebih mendalam, seseorang harus mengerti trigonometri, dan matematika terbaru yang pernah diketahui. Aras lanjutan (secundum mobile) banyak terlibat dengan posisi dan gerakan planet-planet, dan masih memerlukan pengetahuan trigonometri. Bagi orang yang ingin belajar aras lanjutan, pertama kali harus mempelajari geometri dari Euclid.
Tidaklah mengherankan apabila Tycho membeli buku Sacrobosco, On the Sphere, tentang astronomi abad pertengahan; buku Apianus Cosmography dan buku Regiomontanus Trigonometry. Pada masa itu, teori Ptolemy dianggap paling sahih, meskipun teori Copernicus (1473 – 1543) sudah dicetuskan, namun masih dianggap salah. Ptolemy menyebut bahwa planet (baru tujuh planet yang diketahui orang) laksana bergerak dalam suatu tabung kaca yang tidak mungkin  pecah berbentuk lingkaran dengan bumi sebagai pusatnya (geosentris). Pandangan ini sedikit janggal karena memungkinkan ada gerakan planet  dari timur ke barat dan terkadang dari barat ke timur (retrograde). Pandangan astronomi masih mengacu pada pandangan Aristoteles.


Membangun peralatan
Mantaplah sudah minat Tycho pada bidang astronomi sehingga memutuskan untuk berkolaborasi dengan Bartholomew Schultz, dosen pembimbing di Leipzig, berusaha keras mencari cara agar diperoleh hasil observasi yang lebih akurat. Diketahui bahwa untuk memperoleh hasil akurat diperlukan peralatan-peralatan. Untuk membeli perlatan itu, Tycho kembali pulang pada tahun 1565 dan beberapa bulan kemudian Jorgen meninggal demi menyelamatkan Raja.
Otte Brahe yang sekarang memegang kendali kastil Helsingborg, dan ibunya merasa harus ikut  bertanggung jawab pula karena usia Tycho belum mencapai 18 tahun kembali mengasuh Tycho. Tahun 1566, Tycho kembali berkelana. Kunjungan pertama ke universitas Wittenberg dilanjutkan ke Rostock. Ketika di Rostock ini, Tycho berseteru dengan sesama mahasiswa dari Denmark, dan diputuskan dengan duel. Hasil akhirnya adalah terpotongnya hidung dan sayatan luka di pipi Tycho. Hikmah yang dapat diambil dari insiden ini justru positif karena Tycho mulai tertarik dalam bidang pengobatan dan alkimia.
Kembali ke rumah pada tahun 1567, dia membuat hidung buatan yang terbuat dari perak dan emas. Karir Otte yang terus melambung, membuat Tycho minta agar dirinya boleh menimba ilmu lagi. Kembali berangkat ke Rostock – dengan kereta kuda, diteruskan ke Basel, Freiburg dan Augsburg. Sambil berkelana ini Tycho terus membuat peralatan untuk observasi, dimana pada waktu di Augsburg diputuskan untuk merancang alat sendiri yang sama sekali baru. Dalam kurun beberapa bulan sebuah quadrant yang sangat besar dibangun dan dipasang di sebuah lahan di luar kota. Alat ini memunyai kelemahan karena harus banyak orang yang dilibatkan untuk membantu dan hanya pengamatan hanya dapat dilakukan pada malam hari. Peter Ramus dari Jerman datang mengunjungi Tycho di Augsburg, sebelum terlibat diskusi panjang tentang quadrant dan topik astronomi lain. Hasilnya Tycho mulai membuat alat lain, yaitu globe besar yang terbuat  dari kayu.

 

Ayah kandung meninggal

Ada berita bahwa Otte sakit, sehingga Tycho pulang pada tahun 1570. Otte meninggal dunia pada tahun 1571, dan tidak lama kemudian, dengan bantuan relasi pamannya, Steen Bille, Tycho membangun observatorium di Herrevad Abbey. Pada tempat yang sama juga dibangun laboratorium alkimia yang sekarang menjadi minat Tycho lainnya. Tahun 1572, Tycho bertemu dengan Kirsten Jorgensdatter, gadis dari tempat kelahirannya di Knudstrup, namun karena Kirsten adalah rakyat biasa dan dirinya adalah keturunan bangsawan, mereka menikah secara tidak resmi.
Mulailah Tycho melakukan pengamatan dengan peralatan yang ada. Tidak menggunakan teleskop dengan daya membesar yang tinggi karena teleskop baru ada pada tahun 1830-an. Galileo [1564 – 1642] juga menggunakan teleskop temuannya, namun ‘daya’-nya masih belum terlalu besar. 
Pada suatu malam di bulan November 1572, saat melepas lelah, setelah melakukan percobaan alkimia, Tycho memandang kegelapan langit malam, dimana terlihat bintang lain yang terdapat pada konstelasi Cassiopeia, hampir tepat di atas ubun-ubun.  Meskipun bukan pertama kalinya dia melihat bintang baru (supernova) itu, namun penampakan bintang ini menambah gairah akan astronomi kembali. Urusan alkimia diserahkan kepada para asistenya. Kelak bintang baru itu disebut dengan ‘Supernova Tycho.’
Terhitung penghujung tahun 1574, Tycho menjadi pengajar astronomi di universitas Copenhagen dan hal itu tidak bertahan lama katena begitu dia mulai menerima uang sewa dari para penghuni tanah warisan ayahnya, profesi itu ditinggal dan kembali berangkat ke mancanegara. Kali ini yang dituju adalah Kassel, karena di sana Wilhelm IV, penguasa Kassel, sudah membangun observatorium, dimana metode dan pengalaman (15 tahun), mampu menarik minat Tycho untuk mengunjunginya. 


Membangun Uraniborg

Tidak lama tinggal di Kassel dan menjadi sahabat Wilhelm IV, Tycho pergi mengunjungi Frankfurt, Basel dan berakhir di Venice sebelum bertolak kembali ke Denmark pada tahun 1575. Sampai di sana, Tycho memutuskan untuk meninggalkan Denmark dan menetap di Basel, namun keinginan ini dihalangi oleh Raja Frederick. Rupanya Raja tidak ingin ilmuwan terkemukanya mengabdi di negara lain, dan memutuskan untuk membangunkan observatorium untuk Tycho di sebuah pulau Hven. Kelak observatorium ini dikenal dengan sebutan Uraniborg, dimana dilengkapi dengan peralatan yang sangat besar dan akurat. Tidak lupa dibangun pula laboratorium alkimia di lantai dasar. Tycho melakukan pengamatan astronomikal di Uraniborg dalam kurun waktu 20 tahun.
Uraniborg adalah tempat yang lengkap. Dibangun dan dirancang oleh Tycho, yang dipengaruhi oleh bangunan di Venice, dilengkapi dengan taman, tempat tinggal para asistennya, studio gambar dan bangunan-bangunan penunjang lain. Akhir tahun 1577, Tycho menenggarai komet, dan penemuan itu dituang dalam buku De Mundi Aetherei Recentioribus Phaenomenis (1588). Disebutkan pula bahwa komet ini tidak dekat dengan bumi namun lebih dekat dengan bulan, dimana kenyataan ini berlawanan dengan model kosmologi Aristoteles. Dari observasi, Tycho menyimpulkan bahwa komet itu lebih jauh daripada planet Venus.
Tahun 1584, Uraniborg sudah tidak memadai lagi bagi peralatan observasinya sehingga Tycho membangun tempat kedua yang letaknya bersebelahan dan disebut dengan Stjerneborg. Sibuk membangun peralatan-peralatan yang lebih akurat sebelum Tycho mengemukakan teori.
 

Supernova

Bukannya menghabiskan waktu dan membuat laporan tentang pengamatannya terhadap bintang, namun waktunya lebih banyak digunakan untuk pembuatan almanak astrologikal meteorologikal yang baru dapat diselesaikan pada penghujung tahun 1573. Cuaca dan kondisi-kondisi tertentu pada bumi dicoba diprediksi. Perbedaan antara kenyataan dan prediksi ini dicoba digunakan untuk memahami hubungan bagaimana bumi dan langit saling berinteraksi. Cara pandang Tycho, dalam hal ini, berbeda dengan tabel-tabel Alfonsine (Ptolemaik) atau Prutenic (Copernican). Tycho berharap semua orang mengganggap Copenhagen sebagai orientasi meridian dan horison. Dengan kata lain, almanak itu dimaksudkan agar Raja Frederick berpikir bahwa dirinya adalah pusat alam semesta. Semua itu dituliskan dalam manuskrip. Dalam perjamuan makan di Copenhagen, hasil penemuan ini dikemukannya kepada Johannes Pratensis yang serta merta tertarik dan menyarankan agar manuskrip itu diterbitkan, namun saran ini ditolak oleh Tycho. Pratensis tidak putus asa, dan memancing dengan mengirim laporan penemuannya tentang bintang baru. Pancingan ini tidak berhasil membuat Tycho menerbitkan hasil penemuannya, namun lewat lobi ke paman Tycho, Peder Oxe, akhirnya terbit juga buku yang berjudul De Stella Nova. Penemuan bintang oleh Tycho ini tidak membawa dampak besar pada masa itu, namun astronomer Walter Baade pada tahun 1945 menengarai bahwa yang dilihat oleh Tycho - pada saat itu - adalah Tipe I supernova. Tycho tidak pernah mengerti apa itu supernova, yang diketahui bahwa dia memberi nama bintang itu nova yang artinya baru dalam bahasa Latin. Astronomi modern menggunakan istilah ‘nova’ untuk menyatakan dentuman yang kurang berbahaya (less violent explosion).


Melihat komet
Buku karyanya meledak dan namanya menjadi sangat tersohor di Denmark. Darah ningrat yang mengalir pada dirinya membuat Tycho sulit mengambil posisi dalam masyarakat. Menjadi dosen, namun hanya mengajar untuk kalangan bangsawan saja, dimana lewat mengajar ini, Tycho mendapatkan dana untuk membiayai proyeknya. Profesi dosen tidak lama disandangnya, karena hasil sewa tanah warisan ayah kandungnya jauh melebihi gajinya sebagai dosen dan Tycho melepaskan posisi dosen. Lewat persetujuan Raja Frederick, dengan alasan mencari arsitek, insinyur, tukang besi bahkan pematung untuk istana Raja, Tycho kembali pergi ke mancanagera. Tujuan pertama adalah Kassel dimana pemiliknya, Wilhelm IV juga seorang astronomer. Berlangsung diskusi singkat sebelum Tycho melanjutkan perjalanan ke Frankfurt untuk menghadiri Pesta buku (book fair) yang merupakan tempat dimana para intelektual Eropa berkumpul. Disusul pergi ke Basel dan Venesia untuk mencari ahli-ahli pesanan Raja, sebelum kembali ke Denmark lewat Innsbruck, Augsburg dan Hapsburg.
Tiba di Copenhagen, timbul keinginan Tycho untuk pindah ke Basel – almamater Steen Bille dan Johannes Pratensis - dengan menjual semua harta miliknya. Raja Frederick yang puas dengan ahli-ahli yang dibawa bersama Tycho dan keinginan agar ilmuwan terbaiknya tidak pindah ke negara lain membujuk Tycho agar mau melanjutkan observasinya di pulau Hven, dimana apabila Tycho berkenan akan dihibahkan kepadanya. Akhirnya Tycho menerima penawaran itu, dan membangun observatorium di sana. Akhir tahun 1576, Pratensis meninggal ketika mengajar. Anak Tycho, Kirsten, yang berumur 3 tahun meninggal karena epidemi. Istrinya, Kirsten, sedang hamil lagi saat anaknya Kirsten – nama sama dengan ibu - dikubur di Helsingborg. Usai dikubur, Tycho kembali ke Hven dan istrinya tidak lama kemudian melahirkan anak laki, namun tidak pernah dilihatnya karena baru berumur enam hari, anak itu meninggal.
Sore hari pada penghujung tahun 1577, ketika sedang memandangi lautan sambil menangkap ikan di kolam, Tycho melihat langit terang. Hanya planet Saturnus yang bersinar terang, namun tidak seterang ini. Dipandangi semua itu dengan latar belakang langit yang mulai gelap, bintang terang dengan ekor. Komet, setelah 5 tahun lalu dilihat supernova, yang apa yang didambanya datang juga, Tycho melihat komet.


Mengabdi pada Raja Italia
Langsung timbul keinginan Tycho untuk melakukan pengajian tentang komet. Tahap awal adalah mengumpulkan buku atau artikel yang terkait dengan komet. Ditemuinya salah satu artikel yang berbeda yang dibuat oleh Michael Mastlin dari universitas Tubingen. Cara sederhana yang digunakan Mastlin namun akurasinya sama dengan cara canggih yang digunakan Tycho menarik hatinya. Lewat surat, Tycho menyampaikan agar saling tukar hasil observasi atau mendukung karir Mastlin.
Pada dasarnya Tycho tidak pernah mau membagi hasil observasinya dengan orang lain. Penuh curiga dengan semua orang termasuk para asisten sehingga banyak yang tidak tahan, bahkan ada yang melarikan diri karena tidak digaji selama bertahun-tahun. Di pulau Hven, akhirnya, semua kebutuhan dapat dipenuhi sendiri dan tidak bergantung kepada daratan lagi, bahkan Kirsten tinggal di sana dan memunyai anak perempuan, Elisabeth disusul lahir anak laki Tycho, Cecilie dan Georg.
Tahun 1588, Raja Frederick meninggal dan digantikan oleh Pangeran Christian.  Ternyata hal ini merupakan awal Tycho terlunta-lunta. Diawali dengan dicabutnya gelar kebangsawanan Tycho (pada masa itu gelar dapat dipindahtangan berdasar titah Raja), sehingga subsidi yang diterima terus dikurangi sebelum dicabut. Tidak punya biaya mengelola observatorium di Hven lagi, Tycho meninggalkan kegiatan observasi dan beserta semua anggota keluarganya dan dua asisten meninggalkan pulau itu menuju Copenhegen. Tycho memohon kepada Raja sambil menyebutkan jasa-jasanya, namun tidak dapat melunakkan hari pengeran Christian yang sudah dewasa. Kenyataan ini membuat Tycho mencari anyoman dari Raja lain sebelum mengirim surat ke Belanda dan Praha menjajagi dengan ke luar dari  Denmark. Tycho berkonvoi sambil merampungkan buku Astronomiae Instauratae Mechanica yang dipersembahkan untuk Raja yang akan dijadikan tempat untuk mengabdi. Ternyata, asisten dan pakar dari Raja Rudolph II (dari kekaisaran Roma), penguasa Praha, adalah kenalan dan teman korespondensinya sehingga Tycho langsung diterima oleh Raja Rudolph II. Awalnya Tycho pergi ke Rostock, tempat hidungnya tersayat, dimana di sana dia diterima sebagai warga kehormatan. Walau bekerja di bawah Raja Rudolph II, namun Tycho membangun observatorium di Benatky yang dimaksudkan untuk dijadikan Uraniborg berikut.


Tycho meninggal
Tycho menjadi salah satu penasihat utama Raja Rudolph II, sehingga lebih banyak tinggal di Prague daripada di Benatky. Hal ini menjadi awal frustrasi Tycho karena kesenangannya - mengamati planet – tidak tersalurkan. Setiap harinya diisi dengan pesta dan pergi ke istana untuk dimintai pendapat. Dalam suatu kesempatan Tycho diundang oleh seorang teman, Councillor Minckwicz, untuk menghadiri undangan perjamuan besar yang diadakan oleh Peter Vok Ursinus Rozmberk. Sebelas hari setelah menghadiri perjamuan ini, Tycho meninggal setelah menderita sakit. Sakit yang disebabkan karena Tycho memegang teguh tradisi yaitu bahwa tamu tidak boleh pergi meninggalkan meja makan sebelum tuan rumah pergi. Menahan kencing, karena terlalu banyak minum anggur, Tycho terus duduk. Air minum itu menekan lambung, namun rasa sakit ini terus ditahan demi menjaga etiket.
Pulang ke rumah tidak dapat kencing, dan mengalami kesakitan luar biasa. Air kencing tidak dapat ke luar selama beberapa hari, disusul dengan insomnia, mengalami demam dan kaku pada rongga perut dan akhirnya hilang kesadaran sedikit demi sedikit, dan meninggal dunia.  Raja Rudolph II membeli semua peralatan yang sudah dipasang Tycho, dimana semua peralatan ini diangkut dari Uraniborg diwariskan kepada istri dan anak-anak, dan mengangkat [Johannes] Kepler menggantikan kedudukan Tycho sebagai matematikawan kerajaan (imperial mathematician).



*) Tulisan ini merupakan tulisan Tycho Brahe yang ada pada meja kerjanya. Pada satu sisi meja terdapat kerangka (manusia) dan pohon yang kering. Dan pada sisi lain pohon besar dengan banyak cabang dan di bawah bayangan pohon duduk orang yang sedang membaca buku dan globe terletak disebelahnya.




Posting Komentar untuk "Tycho Brahe"