Godaan Riemann, Tensor, Teori Quantum dan Relativitas
Godaan Riemann, Tensor, teori kuantum dan teori relativitas
Amerika seakan mendapat limpahan matematikawan ulung setelah Florian Cajori dari Swis mengawali migrasi Emmy Noether dan Richard Courant. Cajori sukses merintis dan mengenalkan apa yang sekarang dikenal sebagai sejarah matematika di Amerika.
Perancis, pada era ini, melahirkan matematikawan dua jaman perang karena mengalami Perang Dunia I dan II, yaitu Jacques Salomon Hadamard, yang diberkati dengan umur panjang, 98 tahun. Selain Hadamard, dikenal matematikawan George Polyadengan umur yang sama panjangnya 98 tahun yang berasal dari Hongaria. Entah resep awet muda yang dimakan mereka yang berbeda negara ini, namun yang jelas keduanya menekuni fungsi Zeta Riemann sampai akhir hayatnya. Pemikiran Zeno yang sering disebut matematikawan ‘hitam’ rupanya menitis dalam diri Luitzen Egbertus Jan Brouwer dari Belanda.
Gagasan dan sangkalan Brouwer terhadap theorema dasar matematika dengan menggunakan logika tanpa cacat membuat Hilbert berang karena dapat memporakporandakan semua ‘bangunan’ matematika yang sudah ada. Brouwer melanjutkan tradisi pertentangan abadi antara “intuisi” dan “aksiomatik” dimana kelak diteruskan lagi oleh A.N. Kolmogorov dari Rusia. Belanda juga melahirkan matematikawan lain, Thomas Joannes Stieltjes. Stiltjes lahir di Belanda, menuntut ilmu di Jerman, namun berkarya dan berkiprah di Perancis sampai akhir hayatnya. Penelitian Stieltjes banyak terkait dengan fungsi Riemann.
Siapa yang menggagas pertama kali teori yang kedudian disebut dengan teori relativitas? Saling silang pendapat muncul. David Hilbert menungkapkan bahwa dirinya berhak menyandang predikat itu karena sistem ruang-waktu yang diintegrasikan olehnya dengan menggunakan geometri non-Euclid dari Riemann adalah temuannya. Albert Einstein menerbitkan buku tentang teori relativitas pada tahun 1904 dan tahun 1905 yang dibagi antara teori relativitas khusus dan umum. Cetusan teori ini mengundang kontroversi sehingga perlu dilakukan pengujian pada saat terjadi gerhana. Pembuktian dengan menggunakan fenomena alam dibagi dua ekspedisi, dimana salah satunya dipimpin oleh Stenley Eddington, ilmuwan dan astronom terkemuka Inggris pada masa itu. Akhir kata, teori itu terbukti sahih dan nama Einstein mendadak dipuja di seluruh dunia. Pemikiran Einstein terus dilanjutkan dengan menggagas persamaan kosmologikal yang dipergunakan untuk memprediksi jagat atau alam semesta ini yang terus berkembang. Pada persamaan itu terdapat konstanta λ(lamda). Apa yang terjadi adalah persamaan itu salah total karena jagat atau alam semesta berkembang tidak secara konstan namun beragam. Pembuktian fenomena, yang awalnya disangkal oleh Einstein ini, dilakukan oleh Edwin Hubble. Lewat pengamatan yang dilakukan terhadap obyek-obyek yang berada di alam semesta – menggunakan teleskop, terbukti bahwa persamaan kosmologikal Einstein salah total. Tidaklah mengherankan apabila satelit untuk mengamati alam semesta milik Amerika disebut dengan Hubble.
Pernyataan terkenal dari Einstein “Tuhan tidak bermain dadu” adalah ungkapan bahwa perkembangan alam semesta harus seragam, bukan seperti orang melempar dadu dengan kemungkinan angka keluar 1 s/d. 6. Blunder Einstein ini, kemudian “sedikit’ direvisi dengan munculnya teori quantum, dimana pada tahap merintis banyak diprakarsai oleh [Max] Planck dan [David] Hilbert.
Posting Komentar untuk "Godaan Riemann, Tensor, Teori Quantum dan Relativitas"