Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Epistemologi dalam Filsafat

EPISTIMOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

  1. Definisi Epistimologi
Epistemologi berasal dari asal kata “episteme” dan ”logos”. Epistime berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci di sebutkan bahwa epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalan dan radikal tentang asal mula pengetahuan, structure, metode, dan validitas pengetahuan.

Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang nampak dalam upaya manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Ilmu diperoleh melalui proses metode keilmuan, artinya ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan. Kata sifat ‘keilmuan’ lebih menggambarkan hakikat ilmu daripada ilmu sebagai kata benda. Hakikat keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan karena ilmu adalah bersifat terbuka, demokratis, dan menjunjung kebenaran di atas segala-galanya.

Epistimologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan pengandaian dan dasar-dasar serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat ilmu berdasarkan landasan epistimologi adalah bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan itu, dengan melalui proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu maka dapat dipertanggungjawabkan atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Pada dasarnya ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal dan indra sehingga mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan yaitu metode induktif, metode deduktif, metode positifisme, metode kontenplatif dan metide dialektis.
  • Metode induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan peryataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu peryataan yang lebih umum.
  • Metode Deduktif
Deduktif adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem peryataan yang runtut.Metode ini biasanya dalam bentuk perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
  • Metode Positivisme
Metode ini dikelurkan oleh Agust Comte (1798-1957). Metode ini berpangkal apa yang telah diketahui yang faktual dan positif. Jadi metode ini lebih cendrung kepada fakta
  • Metode Kontenplatif
Metode ini mengatakan bahwa adanya keteerbatasan indra dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan sehinnga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda sehingga dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Intuisi dalam tasawuf disebut dengan ma’rifat yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran.
  • Metode Dialektis
Dalam filsafat, diialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Dengan kata lain metode dialektis juga disebut metode diskusi.
Melalui kelima metode tersebut maka epistimolgi ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat ilmu tidak terlepas dari bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan itu.

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran (Surajiyo, 2005) antara lain sebagai berikut
1. The correspondence theory of truth (Teori Kebenaran Saling Berkesesuian). Berdasarkan teori pengetahun Aristoteles yang menyatakan bahwa kebenaran itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya..
2. The Semantic Theory of Truth (Teori Kebenaran berdasarkan Arti). Berdasarkan Teori Kebenaran Semantiknya Bertrand Russell, bahwa kebenaran (proposisi) itu ditinjau dari segi arti atau maknanya.

3. The consistence theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan Konsisten). Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
    4. The pragmatic theory of truth (Teori Kebenaran berdasarkan Pragmatik). Yang dimaksud dengan teori ini ialah bahwa benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.

    5. The Coherence Theory of Truth(Teori Kebenaran berdasarkan Koheren) Berdasarkan teori Koherennya Kattsoff (1986) dalam bukunya Element of Philosophy, bahwa suatu proosisi itu benar, apabila berhubungan dengan ide-ide dari proposisi terdahulu yang telah dan benar.

    6. The Logical Superfluity of Truth (Teori Kebenaran Logis yang berlebihan). Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Ayer, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan berakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupi.

    7. Teori Skeptivisme, suatu kebenaran dicari ilmiah dab tidak ada kebenaran yang lengkap.
    8. Teori Kebenaran Nondeskripsi. Teori yang dikembang oleh penganut filsafat fungsionalisme, yang menyatakan bahwa suatu statemen atau pernyataan mempunyai nilai benar amat tergantung peran dan fungsi dari pada pernyataan itu.
    Kebenaran dapat dibuktikan secara :
    a. Radikal (Individu)
    b. Rasional (Obyektif)
    c. Sistematik (Ilmiah)
    d. Semesta (Universal)

    Adapun kebenaran menurut Anshari mempunyai empat tingkatan, yaitu:
    1) Kebenaran wahyu,
    2) Kebenaran spekulatif filsafat,
    3) Kebenaran positif ilmu pengetahuan dan
    4) Kebenaran pengetahuan biasa.

      Posting Komentar untuk "Epistemologi dalam Filsafat"