Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Gaya Kepemimpinan dalam Pengelolaan Pendidikan

Istilah pemimpin dan kepemimpinan pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama “pimpin”. namun demikian keduanya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. menurut Winardi (1990:32) bahwa pemimpin terdiri dari pemimpin formal (formal leader) dan pemimpin informal (informal leader). sedangkan menurut Nurkolis (2003:158), pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain. berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengertian pemimpin adalah orang yang mampu memimpin dan mempengaruhi orang lain baik dalam ruang lingkup keluarga maupun organisasi.

Siagian (1985:12) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi maupun lebih rendah daripada nya dalam berpikir dan bertindak. Pengertian kepemimpinan menurut Mulyasa (2002:107) adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1991:26) kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

Teori kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blanchard. kepemimpinan situasional menurut Harsey dan Blanchard adalah didasarkan pada saling berhubungannya diantara hal-hal berikut: jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan dan tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. (Thoha, 1983:65)

Pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam situasi yang unik. dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.

PENERAPAN TEORI SITUASIONAL

Hasil-hasil penelitian (Roger dan Alfin, 1957: 223) ternyata kemudian menunjukkan, gaya kepemmpian cenderung sangat bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya. Meskipun perilaku banyak pemimpin yang ditandai oleh kegiatan-kegiatan mereka memberian pengarahan atau perinah kepada bawahannya untuk menyelesaikan tugas, namun cukup banyak juga pemimpin yang lebih memusatkan perhatian mereka pada penciptaan suasana yang mendukung terjalinnya hubungan baik antara dirinya dengan para bawahannya. Pada situasi lainnya, perilaku mengarahkan dan memerintahkan serta perilaku menumbuhkan dukungan tersebut, ternyata bisa terjadi bersamaan dan tergabung dalam berbagai variasinya.

PERILAKU PEMIMPIN MENGARAHKAN DAN MENDORONG

Perilaku mengarahkan (Directive Behaviour) diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam bentuk komunikasi satu arah, menjelaskan peran bawahan dan memerintahkan kepada bawahan apa yang nereka mesti kerjakan, dimana mereka harus mengerjakannya, kapan, dan bagaimana aranya, serta melakukan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan tugas dan hasil kerja bawahan tersebut.

Perilaku mendorong (Supportive Behaviour) diarikan sebagai tindakan yang dilakukn oleh seorang pemimpin dalam bentuk komunikasi dua arah, lebih banyak mendengarkan saran dan pendapat bawahan yang telah memberikan banyak dukungan dan dorongan semangat, memperlancar dan mempermudah terjadinya hubungan antara setiap orang, dan melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.

Seperti terlihat pada gambar diatas tadi,
Gaya-1(G1) adalah gaya kepemimpinan yang sangat banyak (tnggi) perilaku yang mengarahkan atau member perintah, dan sangat sedikit (rendah) perilaku yang menumbuhkan dukungan dan dorongan semangat. Pemimpin bergaya seperti ini memberikan penjelasan sangat rinci (tentang tujuan yang harus dicapai dan peran yang harus dijalankan) kepada bawahannya dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas serta hasil kerja bawahannya tersebut.

Gaya-2 (G2) adalah gaya keemimpinan yang tinggi perilaku mengarahkan maupn menumbuhkan dorongan semangat, Pemimpin bergaya seperti ini juga menjelaskan secara rinci keputusan yang diambilnya kepada bawahan, tetapi tetap harus melakuan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan tugas dan hasil kerja bawahan tersebut.

Gaya-3 (G3) adalah gaya kepemipinan yang sangat rendah dalam perilaku mengarahkan, namun tinggi dalam perilaku menumbuhkan dorongan semangat, Pemimpin bergaya seperti ini membuat keputusan-keputusan bersama sengan bawahannya dan memberi dorongan kepada mereka untuk menyelesaikan pelaksanaan kepuusan-keputusan bersama dengan bawahannya dan member dorogan kepada mereka untuk menyelesaikan keputusan keputusan tersebut.

Gaya-4 (G4) adalah gaya kepemipinan yang sngat rendah perilaku mengarahkan maupun yang menumbuhkan dorongan semangat. Pemimpin bergaya seperti ini mengalihkan semua keputusan dan melimpahkan tanggungjawab serta wewenang kepada bawhan untuk melaksanakan keputusan-keputusan tersebut.

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GAYA PEMECAHAN MASALAH PEMBUATAN KEPUTUSAN

Sebagaimana didefinisikan tadi, gaya kepemiminan adalah pola perilaku yang telah dilakukan seorang jika ingin mencoba memengaruhi perilaku orang lain sebagaimana dipandang oleh orang-orang tersebut. Karena perilaku para bawahan pada dasarnya adalah sebagai tanggapan terhadap gaya kepemimoinan yang siberlakukan kepada mereka dalam rangka proses pemecahan masalah dan pembuatan keputusan organisasi, keempat gaya kepemimpinan itu dapat uga diatikan sebagai suatu proses pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Jika dipahami akan terlihat bahwa perilaku pemimpin sangat mengarahkan dan kuarang menumbuhkan dorongan dinamakn juga sebagai proses “Memerintah” (Telling), karena gaya ini sangat ditandai degan cara komunikasi satu arah. Pemimpin menetapkan peranan bawahannya, apa yang menjadi tugas mereka, bagaimana cara melaksanakannya, kapan dan dimana harus dilaksanakan. Pemecahan maslah dan pembuatan keputusan diprakarsai sendiri oleh sang emimpin, dn pelaksanaannya diawasi ketat olehnya.

Perilaku pemimpin yang sangat mengarahkan dan juga sangat menumbuhka dorongan semangat dinamakan sebgai proses “Mengajak”(Consulting), karena sang pemimpin ada gaya ini masih merupakan pemegang kendali hampir semua keputusan, namun mulai lebih banyak menggunakan cara komunikasi dua arah dngan bawahan dan mulai lebih banyak dorongan semangat pada bawahan. Selain masih tetap melakukan pengawasan ketat terhadap bawahan. Sang pemimpin juga sudah mulai lebih banyak meminta dan mendengar pendapat dan saran bawahan tentang keputusan-keputusan yang diambilnyaa dan meminta (mengajak) mereka untuk membicarakannya.

Perilaku pemimpin yang kurang mengarahkan tapi sangat banyak memberikan dorongan semangat dinamakan sebagai proses “Melibatkan”(Participating), karena kendali pemecahan masalah dan pembuatan kepuusan mulai lebih banyak dialihkan pada bawahan. Bawhan lebih banyak dilibatkn dalam proses pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah semakin sering dilakukan, dan sang pemimpin lebih banyak mendengarkan dan membantu memberikan kemudahan dan kelancaran proses pemecahan masalah dan pembuatan keputusan yang dilakuakan oleh bawahannya. Gaya seperti ini memang tepat karena bawahan umumnya memangmampu dan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas yng ada.

Perilaku pemimpin yang kurang mengarahkan dan juga kurang member dorongan semangat disebut sebagai proses ”Melimpahkan”(Delegating), karena pembuatan keputusan sudah sepenuhnya dilimpahkan kepada bawahan. Sang pemimpin hanya ikut mendiskusikan permasalahan saja sampai pada tingkat perumusan masalah. Pada taraf ii, bawahan benar-benar berwenang penuh untuk memutuskan bagainmna tugas-tugas mereka diselesaikannya. Mereka diberi kebebasan untuk melaksanakannya “menurut cara mereka sendiri”, karena mereka memang memiliki kemampuan maupn kepercayaan diri dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Keempat gaya kepemimpinan tersebut ditandai oleh gabungan-gabungan perilaku yang mengarahkan dan menumbuhkan dorongan semangat dalam berbagai timgkatannya, beberapa ahli (Robert,1960: 227) pernah menyatakan, mestimya ada salah satu yang “terbaik” dari keempat gaya tesebut yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan, kepuasan manusia dan produktivitas sekaligus pada semua situasi. Namun, hasil-hasil penelitian selama beberapa dasawarsa terakhir kembali menegaskan kesimpulan, tak ada satupun gaya kepemmpinan terbaik. Para pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu menesuaikan diri dengan situasi.(Wilian, 1966: 226)
Meskipun pendekatan situasional dalam kepemimpinan dirasakan perlu, namun hal itu tidak banyak membantu para pemimpin yang selama ini memang sudah memimpin, yang memng membuat keputusan-keputusan kepemimpinan seharinya. Jika memang “segalanya tergantung pada situasi” ini, mereka hany perlu tahu kapan mesti munggunakan gaya yang mana?

Unsur-unsur situasional mempengaruhi suatu gaya kepemimpinan tertentu menjadi tepatguna pada situasi yang dihadapinya, antara lain adalah unsure waktu, tumtutan tugas, iklim organisasi, atasan, kerabat, kerja(rekan sejawat), serta keterampilan dan harapan-hara[pan para bawahan. Meskipun factor ini dan faktoe-faktor lainnya, tidak diragukan lagi mempengaruhi keberhasilan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Namun jika para pemimpin lbih dahulu menguji semua unsure situasi yang diajukan para ahli sebelum mereka memutuskan gaya kdasarepemimpinan yang akan mereka gunakan, semuanya justru bisa tidak berlaku sam sekali. Inilah alas an mengapa Harsey dan Blanchard mendasarkan pendekatan “kepemimpinan situasional” mereka pada factor kunci yanf mereka temukan memiliki pengaruh terbesar terhadap gaya kepemimpinan pada segala situasi, yakni factor bawahan (anggota, pngikut). Pada dasarnya mereka menggunakan taraf perilaku mengarahkan atau mendorong semangat yang dilakukan oleh seorang pemimpin bergantung pad taraf perkembangan bawahan dalam melakukan suatu tugs, peran, atau sasaran tertentu yang diberikan oleh sang pemimpin secara perseorangan maupun melalui kelompok.

Kesimpulan
Pemimpin yang berdayahasil, mengetahui dengan baik keadaan para bawahannya dan cukup lues untuk merubah gaya kepemimpinannya menurut situasi yang ada. Dalam memberikan suatu tanggung jawab dan tugas-tugas kepada bawahan, baik secara kelompok maupun perseorangan, taraf perkembangan kemampuan dan kemauan kerja bawahan harus dipertimbangkan terlebih dahulu.
Pergeseran gaya kepemimpinn bisa ditempuh dengan cara bergerak maju atau sebaliknya bergerak mundur yang mesti dilakukan secara bertahap menurut situasi yang ada. Inilah yang membuat pendekatan model kepemimpinn situasional sebagai suatu model perkembangan yang amat bermanfaat bagi sang pemimpuin maupun bawahan.

DAFTAR PUSTAKA
Blanchard, Kenneth dan Spencer Johnson, 1962. The One Minute Manager. William Morrow.
Blake, Robert R. dan Jane S. Mouton, 1964. The Managerial Grid, Houston, Texas: Gulf Publishing.
Ermaya, Suradinata. 1997. Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintahan, Pendekatan Budaya, Moral dan Etika. Jakarta: Gramedia.
Fiedler, Fred F. 1967. Life Cycle Theory of Leadership, dalam Training and Development Journal, Mei.
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung. Rosda.
Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Purwanto, Ngalim & Djojopranoto. 1991. Manajemen dan Organisasi Sekolah. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Reddin, William J. 1996. Managerial Effectiviness, New York: Mc Graw Hill Book Company.
Skiner, B.F. 1953. Science and Human Behavior, New York:Mac Millan Company.
Stogill, Rogert M. dan Alvin E Coons. 1957. Leader Behavior: its Description and Measurement, Research mongraft No. 88, Colombus:Ohio State.
Tanembauan, Robert dan Warren H. Schmidt. 1957. How to Choose a Leadership Pattern, dalam Havard Business Review
Winardi. 1990. Asas-asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
_________________

*) Dheni Styaningsih, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan Matematika

Posting Komentar untuk "Gaya Kepemimpinan dalam Pengelolaan Pendidikan"