Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Jenis Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran

Salah satu sifat manusia adalah selalu ingin tahu tentang suatu hal yang baru. Rasa ingin tahu ini tidak dibatasi oleh peradapan. Semua umat manusia di dunia ini punya rasa ingin tahu walaupun variasinya berbeda-beda. Orang yang tinggal di tempat peradapan yang masih terbelakang, punya rasa ingin tahu yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat yang sudah maju.
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya dapat bersifat sederhana dan juga bersifat kompleks. Rasa ingin tahun yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi bagaimana bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi (epistimologi), serta untuk apa peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi).

Ke tiga landasan diatasi yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan. Ke tiga landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Berbagai usaha orang untuk dapat mencapai atau memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya. Bila usaha tersebut berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan sebagai ketahuan atau pengetahuan.

Pengetahuan merupakan hasil dari proses kehidupan manusia menjadi tahu. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia. Pengetahuan itu merupakan isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu.

Berdasarkan atas pengertian yang ada dan berdasarkan atas kebiasaan yang terjadi, sering ditemukan kerancuan antara pengertian ilmu dengan pengetahuan. Ke dua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi satu kata majemuk yang mengandung arti tersendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan dengan pengetahuan, sehingga ilmu adalah pengetahuan. Namun jika kata pengetahuan dan kata ilmu tidak dirangkum menjadi satu kata majemuk atau berdiri sendiri, akan tampak perbedaan antara keduanya. Berdasarkan asal katanya, pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan pengetahuan berasal dari kata Science. Tentunya dari dua asal kata itu mempunyai makna yang berbeda.

Pengertian Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowladge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge, dalam ensiklopedi psikologi dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan secara terminology akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Sidi Gazalba, yang dikutip oleh Amsal bakhtiar dalam bukunya yang berjudul filsafat ilmu, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu itu adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai, dan Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan dalam arti luas adalah semua kehadiran objek (yang diketahui) dalam subjek (yang mengetahui). Dan pengetahuan dalam arti sempit adalah hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran dan kepastiannya).

Sedangkan secara terminologi definisi pengetahuan ada beberapa definisi, yaitu :
  • Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan adalah isi pikiran dan pengetahuan merupakan dari proses usaha manusia untuk tahu.
  • Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan.
  • Pengetahuan adalah semua apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung memperkaya kehidupan kita.
 Pada dasarnya pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan manusia dapat berwujud barang-barang seperti lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ide, atau yang bersangkutan dengan kejiwaan.
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang berupa cammon sense, tanpa memiliki metode dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi manusia yang menjadi kebiasaan manusia tersebut. Landasan pengetahuan kurang kuat dan cenderung kabur. Pencarian pengetahuan lebih cenderung trial and error, dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).

Ciri-ciri ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987) (dalam surajiyo, 2010) mempunyai lima ciri pokok antara lain:
Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpilan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.

Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka prseorangan dan kesukaan pribadi.
Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kendala bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.

Burhanuddin salam, menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat yaitu :
1) Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah cammon sense, yang diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik.
2) Pengetahuan ilmu (secience), ilmu yang diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.
3) Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Filsafat membahas segala hal dengan kritis sehingga dapat diketahui secara mendalam tentang apa yang sedang dikaji.
4) Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang bersumber dari Tuhan sehingga pengetahuan ini bersifat mutlak tentang apa-apa yang ditetapkan. Misalnya tentang hal yang baik dan buruk.

Sumber Pengetahuan

Pengetahuan itu muncul karena adanya rasa ingin tahu. Jadi dari sanalah manusia mencari tahu tentang segala hal yang belum mereka ketahuin dan bagaimana mereka dapat mengembangkan pengetahuannya tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang dari mana pengetahuan itu diperoleh, yaitu:
  • Empirisme
Teori ini menggangap bahwa manusia memperoleh pengetahuan dari hasil pengalaman inderawinya, dan akal hanya sebagai pengelola konsep gagasan inderawi dan hanya berperan pasif.
Jhon locke (1632-1704) sebagai bapak empiris mengemukakan teori tabula rasa, yaitu bahwa manusia itu pada awalnya kosong kemudian pengalaman mengisi kekosongan jiwa tersebut, sehingga manusia itu memiliki pengetahuan (sejenis buku catatan kosong).
David hume merupakan salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dari dalam hidupnya. Sumber pengetahuannya adalah pengamatan dan pengertian atau ide. Dan teori ini menjadi lemah karena indera manusia terbatas.
  • Rasionalisme
Teori ini menjelaskan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diukur dan diperoleh dari akal. Dalam teori ini indera hanya merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang akan menyebabkan akal bekerja, dari laporan bahan-bahan inderawi yang belum jelas diubah menjadi pengetahuan yang benar dan lebih jelas.
  • Intuisi
Teori ini menjelaskan bahwa pengetahuan datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penilaian. Intuisi dalam filsafat barat diperoleh lewat usaha perenungan dan pemikiran yang konsisten. Di dalam teori ini dijelaskan bahwa kegiatan intuisi dan analisis bisa saling membantu untuk menemukan kebenaran.
  • Wahyu
Teori ini menjelaskan bahwa pengetahuan diperoleh langsung dari Tuhan melalui perantara Nabi. Pengetahuan didapatkan tanpa melalui renungan kemudian pengetahuan itu dikaji lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan keyakinan tentang kebenarannya.

Menurut Afid Burhanuddin, jenis pengetahuan ada empat yaitu, pengetahuan indera, pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik.

Kriteria Kebenaran 

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan atau mencari sebuah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh sebab itu, kegiatan berpikir merupakan suatu usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar atau cerita kebenaran.

Semua orang merasa bahwa tujuan pengetahuan itu adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya masih banyak problem kebenaran yang memicu tumbuh dan berkembangnya epistimologi.terhadap kebenaran. Telaah tentang epistimologi terhadap kebenaran, dan kesimpulannya bahwa perlu dibedakan adanya tiga jenis kebenaran, yaitu kebenaran epistimologis, kebenaran ontologis, dan kebenaran semantic.

.Kebenaran epistimologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Kebenaran ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran semantic adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa.

Teori Kebenaran 

Teori tentang kebenaran menyediakan kemungkinan untuk membedakan kebenaran-kebenaran tertentu sebagai kebenaran yang jelas dengan sendirinya dalam pengertian yang menjamin kepastian bahwa tidak akan ada kesalahan. Ketika keyakinan benar, demikian kita katakan, terdapat suatu fakta yang cocok dengan beberapa objek keyakinan itu membentuk suatu kompeks yang bersifat tunggal.

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1986), ada tiga teori kebenaran sebagai berikut:
Teori koheren dengan pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya atau dedukatif. Tokohnya antara lain adalah Aristoteles yang merupakan tokoh rasionalisme.

Teori korespondensi, yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut berkorespondensi atau berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut (induktif). Tokohnya antara lain adalah Bertrand Russe yang merupakan tokoh empirisme.
Teori pragmatis, yaitu kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut fungsional maupun praktis.

Berkaitan dengan teori kebenaran, Koento Wibisono (1985) menyebutkan adanya tafsiran tentang kebenaran sebagai berikut :
Materialisme (nyata)
Aliran ini memandang kebenaran berada pada alam, benda-benda, atau materi, bukan dari kekuatan gaib atau roh. Tokohnya antara lain adalah Reane Descartes, Demokritus, dan Thomas Hobes.

Idealisme (suara hati)
Suatu aliran yang mengakui juga roh dan batin sebagai penentu kebenaran sehingga sering disebut sebagai dualisme antara roh dan badan. Tokohnya antara lain adalah Reane Descertes.

Pluralisme
Aliran ini memandang kebenaran berada dimana-mana dan bersifal plural.

Agnitisme
Suatu aliran yang berpandangan bahwa tidak ada suatu cara atau pendekatan bagaimanapun untuk mencapai kebenaran karena kebenaran dan kenyataan (truth and reality) itu tidak terjangkau oleh pikiran manusia (yang terjangkau hanya fenomena saja) yang dapat menjangkau kebenaran hanya Tuhan. Aliran ini disebut juga skeptisisme atau nihilisme.

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1987: 240), dalam mencari kebenaran para ilmuwan harus senantiasa berusaha melengkapi dirinya dengan budi luhur atau kebijakan kalau peneliti tersebut ingin mempunyai peluang, betapapun tipisny, untuk menerobos tabir rahasia keilmuwan. Budi luhur atau kebijakan yang akan meningkatkan kebolehan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan untuk secara wajar cenderung menunjukkan sikap-sikap dan perilaku moral terhadap sesamanya dan terhadap alam.

Dengan demikian, sangat jelas bahwa kebenaran bersifat tidak mutlak dan tergantung dengan tempat ilmu pengetahuan tersebut diterapkan. Oleh karena itu, seorang ilmuwan harus mempunyai moral yang tinggi dan merupakan orang yang beragama yang mempunyai mata hati yang luar biasa dengan tujuan agar bisa bermanfaat bagi masyarakat, bukan malah menimbulkan persoalan baru di tengah masyarakat.

Dengan demikian, jelas bahwa manusia sebagai kalifah di muka bumi harus senantiasa berpikir secara ilmiah untuk menciptakan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

Menurut Brubacher teori kebenaran ada empat yaitu:

  1. Teori koresponden yang menyatakan sesuatu dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta (kesan atau ide-ide) di lapangan.
  2. Teori konsistensi (ketetapan). Teori ini melihat sesuatu itu dengan benar ketika terdapat adanya konsistensi yang ditangkap subjek yang satu dengan subjek lainnya tentang suatu realita yang sama. Semakin konsistensi ide-ide atau kesan yang ditangkap beberapa subjek tentang sesuatu objek yang sama, semakin benarlah ide-ide atau kesan itu.
  3. Teori fragmatisme berbeda dengan korespondensi dan konsistensi yang keduanya berhubungan langsung dengan realita objektif. Pragmatisme berusaha menguji kebenaran ide-ide melalui konsekuensi-konsekuensi daripada praktik atau pelaksanaannya. Artinya, ide-ide itu belum dikatakan benar atau salah sebelum diuji.
  4. Teori religius karena manusia bukanlah semata-mata makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Oleh karena itu, muncullah teori religius ini yang kebenarannya secara ontologis dan aksiologis bersumber dari firman Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.

Secara pasti, tidak akan diperoleh kebenaran yang mutlak. Untuk mengukur kebenaran dalam filsafat sesungguhnya tergantung kepada kita dalam menggunakan metode-metode untuk memperoleh pengetahuan itu. Jika apa yang kita ketahui ialah ide-ide kita, pengetahuannya hanya dapat terdiri dari ide-ide yang dihubungkan secara tepat dan kebenaran merupakan keadaan saling berhubungan diantara ide-ide tersebut.
Menurut Afid Burhanuddin ada empat tingkatan kebenaran, yaitu:
  • Kebenaran indera
Tingkatan yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia.
  • Kebenaran ilmiah
Pengalaman yang berdasarkan pada indera diolah dengan rasio.
  • Kebenaran filosofis
Didasarkan pada rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam.
  • Kebenaran religius / illahiah
Kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan.

KESIMPULAN

Dari pembahasan materi tentang “Jenis Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran” diatas dapat kita simpulkan bahwa ilmu, pengetahuan dan keberaran mempunyai keterkaitan, saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Ilmu dan pengetahuan di dapat hanya untuk mencari kebenaran, dan kebenaran yang mutlak di dapat dari Tuhan yang harus kita yakini.

Sesungguhnya kebenaran bersifat relatif. Kebenaran berdasarkan pada siapa dan apa yang dianggap benar. Adapun tentang pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri dan dapat diakui kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, Jujun S. 1986. Filsafat Ilmu: Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Hendriyano, Agoes. 2012. Filsafat Ilmu. Surakarta: Cakrawala Media
Dikutip dari makalah Afid Burhanuddin, tentang “Jenis Pengethuan dan Ukuran Kebenaran”.
__________
Disusun Oleh : Eka Mulyani

Posting Komentar untuk "Jenis Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran"