Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Manusia dan Masalahnya dalam Kehidupan

Di lingkungan pendidikan, terutama pendidikan tinggi, boleh dikatakan setiap waktu istilah “ilmu” diucapkan dan sesuatu ilmu diajarkan. Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti mana yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science-in-general).
https://pixabay.com/id/abstrak-pohon-burung-dekorasi-772489/
Ilmu berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro-cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Manusia sebagai animal rational dibekali hasrat ingin tahu. Sifat ingin tahu manusia telah dapat disaksikan sejak manusia kanak-kanak.
Pertanyaan-pertanyaan seperti “ini apa?” “itu apa?” telah keluar dari mulut anak-anakn. Kemudian timbul pertanyaan-pertanyaan “mengapa begini?”, “mengapa begitu?”, dan selanjutnya berkembang menjadi pertanyaan pertanyaan semacam “bagaimana hal itu terjadi?”, “bagaimana memecahkannya?”, dan sebagainya. Bentuk-bentuk pertanyaan seperti diatas itu juga telah diketemukan sepanjang sejarah manusia.

Manusia berusaha mencari jawab atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.

Menurut Suryabrata (1983:3), “Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan menegnai hal yang dipertanyakannya. Dan penegetahuan yang diinginkannya. Dan pengetahuan yang diinginkannya adalah pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar atau kebenaran memang secara inherent dapat dicapai manusia, baik melalui cara yang ilmiah maupun non ilmiah.”

Dengan demikian, merujuk pendapat diatas bahwa pengetahuan yang benar dapat dicapai manusia melaui cara atau metedelogi ilmiah ataupun non ilmiah, maka pembahasan kita saat ini yakni tentang metode ilmiah yang merupakan salah satu fasilitator manusia untuk mencapai kebenaran dari sebuah pengetahuan yang dipertanyakannya.

 MANUSIA DAN MASALAHNYA DALAM KEHIDUPAN

Apakah masalah itu? Ada orang yang mengatakan bahwa masalah itu sebagai suatu yang harus dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya. Sementara itu, ada sebagian juga yang mengartikannya sebagai suatu kesenjangan (gap) antara keharusan dan kenyataan. Sepanjang hidupnya, seorang manusia pasti pernah berhadapan dengan yang namanya “masalah”, apakah berupa adanya kesenjangan atau adanya sesuatu yang harus dicarikan jalan keluarnya.

Masalah memang menjadi bagian dari hidup manusia. Jika seorang manusia memiliki masalah artinya dia sedang hidup. Dengan adanya masalah, kepribadian seseorang justru akan semakin berkembang melalui usaha belajar.
Prayitno (2003) menyebutkan bahwa sesuatu dirasakan sebagai masalah atau tidak bergantung kepada jawaban tiga pertanyaan berikut :
  1. Apakah sesuatu itu tidak disukai adanya?
  2. Apakah sesuatu itu ingin ditiadakan keberadaannya?
  3. Apakah sesuatu itu (berpotensi) menimbulkan kesulitan dan atau kerugian?
Jika jawabannya adalah “YA” maka jelas sesuatu itu adalah masalah dan masalah manusia sesungguhnya amat beragam, baik dilihat segi jenis, ukuran dan sifat maupun ruang lingkupnya. Ada masalah yang tergolong berat-ringan, besar-kecil, personal-umum, sederhana-kompleks, disadari tidak disadari, dan sebagainya.

Dalam mempersepsi dan memaknai tentang suatu masalah setiap orang akan berbeda-beda. Bagi seseorang, sesuatu itu bisa saja dianggap masalah, sementara bagi orang lain bukan masalah, atau sebaliknya. Demikian juga, bagi seseorang sesuatu itu merupakan masalah kecil atau ringan, tetapi dipersepsi dan dimaknainya sebagai suatu masalah yang berat dan besar atau justru sebaliknya.
Terkait dengan masalah-masalah psikologis yang dihadapi individu, pada umumnya individu yang bersangkutan kurang atau bahkan sama sekali tidak menyadarinya Misalkan, orang yang sombong kadang-kadang tidak menyadari kesombongannya, demikian juga orang yang malas kadang-kadang tidak menyadari kemalasannya, sehingga cenderung untuk membiarkannya dan menjadi semamin kronis. Berbeda dengan masalah yang bersifat fisik, jika seseorang mendapatkan masalah fisik, misalnya dia mengalami sakit perut, orang itu dengan mudah menyadari bahwa dirinya mempunyai masalah dengan perutnya, sehingga dia berupaya untuk segera menghilangkannya dengan cara membeli obat atau datang ke dokter, misalnya.

Secara garis besarnya, masalah-masalah yang dihadapi individu bersumber dari dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri individu sendiri dan faktor lingkungan. Ketika kehidupan masih relatif sederhana, masalah-masalah yang muncul pun cenderung bersifat sederhana, namun sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia yang serba modern seperti sekarang ini, masalah-masalah yang muncul pun tampaknya semakin kompleks, termasuk di dalamnya masalah yang berkaitan dengan psikologis.

Bagaimana mengatasi masalah? Upaya untuk mengatasi masalah-masalah atau mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik yang dilakukan sendiri maupun melaui bantuan orang lain. Bantuan orang lain biasanya diperlukan manakala masalah yang dihadapinya dianggap terlalu berat dan sudah tidak mungkin lagi ditanggulangi oleh dirinya sendiri. Meski menggunakan jasa bantuan orang lain, keputusan dan aktivitas penyelesaian masalah sebenarnya terletak pada individu yang bersangkutan.
Beberapa tips untuk menyelesaikan masalah :
  1. Bersikap realistis dan objektif terhadap sesuatu yang dianggap masalah sehingga bisa melihat masalah secara proporsional.
  2. Jika Anda banyak menghadapi menghadapi, urutkan masalah-masalah tersebut berdasarkan skala prioritas penanganannya. Masalah-masalah yang dipandang ringan dan dapat diatasi sendiri secara cepat, segeralah selesaikan, kemudian coret dari daftar urutan masalah Anda. Jika menghadapi satu atau beberapa masalah yang dianggap berat, maka pikirkanlah apakah masih mungkin diselesaikan sendiri atau perlu bantuan pihak lain.
  3. Jika Anda menganggap masalah itu masih bisa ditanggulangi sendiri, gunakanlah cara-cara rasional dan logis (ilmiah) untuk menyelesaikannya. Permasalahan yang diselesaikan melalui cara-cara irrasional mungkin hanya akan menghasilkan kegagalan dan semakin memperparah keadaan.
  4. Jika Anda memandang perlu bantuan pihak lain, carilah orang yang tepat dan dapat dipercaya. Kesalahan dalam menentukan pihak orang lain untuk dilibatkan dalam masalah Anda, mungkin malah semakin menambah beban masalah Anda.
  5. Belajarlah kepada orang-orang yang telah berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang serupa dengan masalah Anda dan temukan kunci suksesnya dalam menyelesaikan masalah
  6. Kesabaran dan kesungguhan Anda dalam menyelesaikan setiap masalah menjadi penting, karena mungkin apa yang Anda usahakan tidak langsung dapat menghasilkan penyelesaian secara cepat. Dengan kata lain, upaya penyelesaian masalah tidak seperti makan cabe rawit, begitu dimakan terasa pedasnya di lidah, dalam hal ini perlu waktu dan proses.
  7. Tentunya Anda harus tetap berdoa memohon pertolongan yang Maha Kuasa, sebagai kekuatan spiritual Anda, dan yakinkan dalam diri Anda bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan tuhan tidak akan memberikan masalah kepada seseorang diluar kemampuannya.
Singkatnya, bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah dibutuhkan kecerdasan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Untuk kepentingan teknis bimbingan dan konseling di sekolah, Prayitno, dkk. telah berhasil membuat sebuah inventori untuk melacak masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa (konseli) yang dikenal dengan Alat Ungkap Masalah (AUM). Alat ini akan membantu untuk memahami kemungkinan-kemungkinan wilayah masalah yang dihadapi siswa (konseli), sehingga bantuan yang diberikan konselor akan jauh lebih efektif.

2.2 ILMU SEBAGAI METODE ILMIAH
Penelitian Ilmiah
Salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ilmiah didefinisikan sebagai rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.

Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.
Penelitian sebagai suatu rangkaian aktivitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan disebut metode. Untuk menegaskan bidang keilmuan itu seringkali dipakai istilah metode ilmiah (scientific method). Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol.

Apa Itu Metode Ilmiah?
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada.Prosedur yang merupakan metode ilmiah meliputi pengamatan, percobaan, analisis, deskripsi, penggolongan, pengukuran, perbandingan, dan survai.

Oleh karena ilmu merupakan suatu aktivitas kognitif yang harus mematuhi berbagai kaidah pemikiran yang logis, maka metode ilmiah juga berkaitan sangat erat dengan logika. Dengan demkikian, prosedur-prosedur yang tergolong metode logis termasuk pula dalam ruang lingkup metode ilmiah. Ini misalnya ialah deduksi, abstraksi, penalaran analogis, analisis logis. Selanjutnya, metode ilmiah meliputi suatu rangkaian langkah yang tertib.

Dalam kepustakaan metodologi ilmu tidak ada kesatuan pendapat mengenai jumlah, bentuk, dan urutan langkah yang pasti.

Sheldon J. Lachman mengurai metode ilmiah menjadi 6 langkah yang berikut :
1. Perumusan pangkal-pangkal duga yang khusus atau pernyataan-pernyataan yang khusus untuk penyelidikan.
2. Perancangan penyelidikan itu.
3. Pengumpulan data.
4. Penggolongan data.
5. Pengembangan generalisasi-generalisasi.
6. Pemeriksaan kebenaran terhadap hasil-hasil, yaitu terhadap data dan generalisasi-genralisasi.

George Abell merumuskan metode ilmiah sebagai suatu prosedur khusus dalam ilmu yang mencakup 3 langkah berikut :
1. Pengamatan gejala-gejala atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan.
2. Perumusan pangkal-pangkal duga yang melukiskan gejala-gejala ini, dan yang bersesuaian dengan kumpulan pengetahuan yang ada.
3. Pengujian pangkal-pangkal duga ini dengan mencatat apakah mereka secara memadai meramalkan dan melukiskan gejala-gejala baru atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan yang baru.

Metode ilmiah lain dikemukakan oleh J. Eigelberner yang mencakup 5 langkah sebagai berikut :
1. Analisis masalah untuk menetapkan apa yang dicari, dan penyusunan pangkal-pangkal duga yang dapat dipakai untuk memberi bentuk dan arah pada telaah penelitian.
2. Pengumpulan fakta-fakta yang bersangkutan.
3. Penggolongan dan pengaturan data agar supaya menemukan kesamaan-kesamaan, uruttan-urutan, dan hubungan-hubungan yang ada.
4. Perumusan kesimpulan-kesimpulan dengan memakai proses-proses penyimpulan yang logis dan penalaran.
5. Pengujian dan pemeriksaan kebenaran kesimpulan-kesimpulan itu.

Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.


A Langkah- langkah metode ilmiah
    1. Perumusan masalah
    Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan. Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak. Sebagai contoh: Bagaimana cara menyimpan energi surya di rumah?
    • Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.
    • Pilih permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti.
    • Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.
    B Penyusunan kerangka berfikir
    Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hpotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai factor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan kerangka berfikir ini di susun secara rasional berdasarkan permis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan factor- factor empiris yang relevan dengan permasalahan.
    C Perumusan hipotesa
    Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian yang seksama atas topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
    • Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis
    • Rumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen
    D Pengujian hipotesa
    Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
    Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
    • Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
    • Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan.
    • Lakukan eksperimen berulang kali untuk memvariasi hasil.
    • Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
    E Penarikan kesimpulan
    Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih lanjut.
    • Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:
    • Jangan ubah hipotesis
    • Jangan abaikan hasil eksperimen
    • Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai
    • Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
    • Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
    Tata langkah tersebut di muka melibatkan berbagai konsep dalam metode ilmiah. Konsep adalah ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang biasanya dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai suatu hal khusus satu per satu. Konsep merupakan alat yang penting untuk pemikiran utama dalam penelitian ilmiah.

    Pengertian metode tidak pula sama dengan tehnik. Metode ilmiah adalah berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih terinci. Cara-cara itulah yang mewujudkan tehnik. Jadi, tehnik adalah sesuatu cara operasional tehnis yang seringkali bercorak rutin, mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian.

    Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, kegiatan penelaahan atau proses penelitian yang merupakan ilmu itu mengandung prosedur, yakni serangkaian cara dan langkah tertentu yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam istilah dunia keilmuan dikenal sebagai metode atau sering disebut metode ilmiah. Metode merupakan ciri penentu yang kedua dan dengan demikian ilmu dapat pula dibahas, dipahami, dan dijelaskan sebagai metode.

     ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN
    Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan sutau rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis.

    Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan atau naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.

    Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional yang selanjutnya melahirkan ilmu. Menurut Bernard Barber pemikiran rasional atau rasionalitas manusia merupakan sumber utama dari ilmu. Dikatakannya bahwa “the germ of science in human society lies in man’s aboriginal and unceasing attempt to understand and control the world in which he live by the use of rational thought and activity”. (benih ilmu dalam masyarakat manusia terletak di dalam usaha manusia yang tak henti-hentinya dan asli pembawaannya untuk memahami dan menguasai dunia tempat ia hidup dengan menggunakan pemikiran dan aktivitas rasional).

    Ciri penentu yang kedua dari kegiatan yang merupakan ilmu ialah sifat kognitif, bertalian dengan hal mengetahui dan pengetahuan. Filsuf Polandia Ladislav Tondl menyatakan bahwa science terutama berarti conscious and organized cognitive activity (aktivitas kioginitf yang teratur dan sadar). Dijelaskannya lebih lanjut demikian :
    “Tujuan-tujuan terpenting ilmu bertalian dengan apa yang telah dicirikan sebagai fungsi pengetahuan atau kognitif dari ilmu, dengan fungsi itu ilmu memusatkan perhatian terkuat pada pemahaman kaidah-kaidah yang tak diketahui sebelumnya dan baru atau pada penyempurnaan keadaan pengetahuan dewasa ini mengenai kaidah-kaidah demikian itu”.

    Jadi pada dasarnya ilmu adalah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif adalah suatu rangkaian aktivitas seperti pengenalan, pencerapan, pengkonsepsian, dan penalaran yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan akan suatu hal.

    Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.
    Rangkaian aktivitas pemikiran yang rasional dan kognitif untuk menghasilkan pengetahuan, mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, dan melakukan peramalan, pengendalian, atau penerapan itu dilaksanakan oleh seseorang yang digolongkan sebagai ilmuwan. Setiap ilmuwan sejati bertugas melakukan penelitian dan mengembangkan ilmu. Hal ini ditegaskan dalam The International Encyclopedia of Higher Education yang mendefinisikan ilmuwan sebagai seseorang yang melakukan penelitian ilmiah dan penelitian ilmiah diartikan sebagai penelitian yang dilaksanakan untuk memajukan pengetahuan.

    METODE ILMIAH DAN PERANNYA TERHADAP TEORI KEILMUAN
    Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”.
    Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah (Scientific Method) adalah metode atau cara tertentu dalam melakukan kajian untuk mendapatkan pengetahuan mengenai realitas dari sesuatu melalui jalan percobaan (eksperimen) atas sesuatu itu. Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan didapatkan dari metode ilmiah. Oleh karena itu tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu pengetahuan diperoleh harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode adalah cara untuk mengetahuai sesuatu dengan menempuh langkah-langkah yang sistematis. Metode ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah yang disebut epistemologi yaitu membahas bagaimana mendapatkan ilmu.

    Diantara berbagai prosedur pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dapat mengikuti tahapan berikut secara dinamis. Tahapan tersebut adalah minimal dimulai dari melakukan prediksi, konfirmasi, menyusun prinsip, hukum, melakukan hipotesis atau dugaan sementara, sehingga dengan menggabungkan tahapan perlakuan tersebut kita dapat menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut berdasarkan fakta terprediksi dan observasi atau penelitian untuk melahirkan fakta, sehingga akan menghasilkan fakta baru yang akan dirumuskan dalam bentuk karangka konsep teori baru. Metode penemuan teori baru tersebut biasanya juga menerapkan prinsip induksi atau deduksi atau bahkan penggabungan kedua konsep tersebut, tergantung kondisi dan situasi bagaimana konsep teori baru tersebut, oleh karena setiap cabang ilmu kontennya berbeda-beda
    .
    Adapun kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :

    1. Berdasarkan fakta
    Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

    2. Bebas dari prasangka
    Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

    3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
    Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-akibat serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

    4Menggunakan hipotesis
    Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesis harus ada untuk melakukan dugaan sementara mengenai persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

    5. Menggunakan ukuran objektif
    Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

    6. Menggunakan teknik kuantitatif
    Dalam memperlakukan data, maka ukuran kuantitatif harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan. Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya.

    Adapun konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
    1. Perumusan Masalah
    Masalah adalah topik atau objek yang diteliti dengan batasan yang jelas serta dapat, diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

    2. Penyusunan kerangka fikir
    Penyusunan kerangka fikir dalam mengajukan hipotesis, merupakan penggabungan hubungan berbagai faktor yang saling terkait.

    3. Perumusan Hipotesis
    Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan, disusun berdasarkan pengetahuan atau teori yang ada dan harus diuji kebenarannya dengan observasi ataupun eksperimentasi.

    4. Pengujian Hipotesis
    Pengujian hipotesis merupakan usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis dan kemudian diuji apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis yang diajukan.

    5. Penarikan Kesimpulan
    Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian tersebut fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya kalau tidak terdapat fakta-fakta yang mendukung berati hipotesis ditolak. Hipotesis yang diterima sudah menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah, karena telah teruji kebenarannya.
    Maka dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara ilmu pengetahuan dan metode ilmiah yaitu dengan adanya metode ilmiah maka dapat mempermudah dalam melakukan konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan yang baik dan benar.

    Dari uraian pembahasan dalam makalah ini maka dapat diringkas sebagai berikut bahwa ilmu (science) memilliki makna yang lebih kompleks daripada pengetahhuan (knowledge). Ilmu memiliki tiga makna yang satu sama lain saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan. Pertama, ilmu sebagai proses berarti aktivitas penelitian; kedua, ilmu sebagai prosedur berarti metode ilmiah; dan yang terakhir, ilmu sebagai produk berarti pengetahuan yang sistematis. Hubungan diantara ketiganya adalah bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengeahuan yang sistematis. Metode tertentu itu dinamakan metode ilmiah.

    Metode ilmiah ini memili banyak langkah dari mulai penentuan masalah, pengajuan hipotesis, dengan menggunakan logika deduktif atas dasar teori kebenaran koherensi sampai pada pembuktian hipotesis. Tidak cukup sampai di situ, pengetahuan ilmiah yang dilahirkan dari metode ilmiah agar menjadi kebenaran ilmiah juga harus pragmatis, meskipun mau tidak mau ia akan menjadi tua dan tergantikan oleh yang muda. Dengan demikian, ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan
    REFERENSI
    1. http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
    2. http://www.academia.edu
    3. Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer
      Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1999
    4. http://adilesmana.wordpress.com/2010/10/15/ilmu-sebagai-aktivitas-penelitian-metode-ilmiah-dan-pengetahuan-sistematis/
    5. http://ebookbrowsee.net/ilmu-sebagai-aktivitas-penelitian-dan-metode-ilmiah-pdf-d517984722
    6. The Liang Gie, Konsepsi Tentang Ilmu
      Yogyakarta, Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi, 1984
    ______________________
    Disusun Oleh:
    Nama kelompok :
    1. Arista Tresnasary(12.88203.054)
    2. Dewanto Probo Sutowo(12.88203060)
    3. Isrofi’Ah(12.88203.072)
    4. Novita Trisnaning Tyas(12.88203.078)
    5. Yoga Tamtama Pamungkas(12.88203.092)

    Posting Komentar untuk "Manusia dan Masalahnya dalam Kehidupan"