Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Modern

Sejarah perkembangan ilmu dari masa ke masa memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Namun dalam perkembangannya selalu memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dan saling melengkapi. Perkembangan ilmu selalu berubah sesuai perkembangan jaman, yang ditandai dengan berbagai perkembangan ilmu antara lain perkembangan ilmu pada masa Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Modern dan Post modern. Dari setiap perkembangan ilmu tersebut memiliki sejarah masing-masing.

Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
http://www.anneahira.com/contoh-abstrak.htm
Renaissance sendiri berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14).Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat yunani dengan ajaran agama Kristen dan juga dimaksudkan untuk mempesatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.

Bertrand Russell (1979:479) menyatakan bahwa dalam sejarah, sebuah masa secara umum dapat dinyatakan sebagai masa ‘modern’, dapat dilihat dari berbagai sisi adanya perubahan mental yang menunjukkan perbedaan bila dibanding dengan masa pertengahan. Paling tidak perbedaan itu tampak dalam dua hal yang sangat penting, yaitu pertama, berkurangnya cengkraman kekuasaan gereja dan kedua, bertambah kuatnya otoritas ilmu pengetahuan. Selanjutnya, Russel menyatakan bahwa penolakan terhadap kekuasaan gereja yang merupakan ciri negatif dunia modern dimulai lebih awal daripada menerima otoritas ilmu pengetahuan sebagai ciri positifnya. Masa Renaissance di Italia, ilmu pengetahuan dengan peran yang sangat kecil terpaksa harus melakukan perlawanan terhadap kekuasaan gereja.

Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya. Kondisi semacam itulah yang hendak dihidupkan kembali pada zaman modern. Kebebasan berpikir sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan.

DEFINISI/KARAKTERISTIK PEMIKIRAN PADA MASA MODERN

    Filsafat zaman Modern didahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya secara esensial zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Pada masa modern ini pemikiran filosofis seperti dilahirkan kembali dimana sebelumnya dominasi gereja sangat dominan yang berakibat pada upaya mensinkronkan antara ajaran gereja dengan pemikiran filsafat. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes, seorang pelopor yang berjasa dalam merehabilitasi, mengotonomisasi kembali rasio yang sebelumnya hanya menjadi budak keimanan.

    Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh usaha besar dari Descartes untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya Zaman Modern).

    Ahmad Syadali dan Mudzakir (2004:101) menguraikan secara panjang lebar bahwa filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
    • Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
    • Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292)
    • Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).
     Tiga alran filsafat di atas, tergolong pada aliran pramaterialisme. Oleh karena itu, dapat diambil pemahaman bahwa perkembangan filsafat pada abad modern memperlihatkan idealisme pemikiran yang luar biasa dilihat dari sisi perkembangan “cara berpikir” manusia. Selain aliran itu, juga akan diketengahkan aliran-aliran besar lainnya yang ikut berperan mengisi lembaran filsafat modern, yaitu idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.

    Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

    ALIRAN, TOKOH DAN PEMIKIRANNYA PADA MASA MODERN


      1. Rasionalisme
      Latar belakang munculnya konsep pemikiran Rasionalisme ialah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil yang dihadapi. Descartes menginginkan cara baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang ditemukan dalam keragu-raguan. segala sesuatu bisa disangsikan tapi subjek yang berfikir menguatkan kepada kepastian.
      Pelopor dari alirannya adalah Rene Descartes (1596-1650), Spinoza (1632-1677), Leibniz (1646-1716).

      Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Rene Decartes adalah “Bapak filsafat modern” dan peletak fondasi aliran ini. Karya pentingnya ialah Discours de la Methode (Uraian tentang Metode), terbit tahun 1637; Mediationes de Prima Philosophia (Renungan Tentang filsafat), terbit tahun 1641; dan Principia Philosophic (Prinsip-prinsip Filsafat), terbit tahun 1644.
      Descartes, kadang dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”, adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filosof kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
      Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir (Rasionalisme).

      Pemikiran Descartes yang penting adalah diktum kesangsian.Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Arti dari keduanya adalah: “Aku berpikir maka aku ada”. (Ing: I think, therefore I am).
      • Spinoza (1632-1677)
      Baruch de Spinoza dilahirkan di Amesterdam, Belanda tahun 1632 dan wafat tahun 1677 di Den Haag. Sebagai filsuf pengikut rasionalisme, Spinoza sangat tertarik kepada Descartes. Kecuali ahli dalam bidang filsafat, filsuf ini juga ahli dalam bidang politik, teologia dan etika. Ini terekam dalam tiga bukunya, yaitu Tractus Theologico Politicus (terbit tahun 1670), Ethica, Or dine Ceometrico Demonstrate (terbit tahun 1677), dan Tractus Politicus (terbit tahun 1677).
      Berbeda dengan Descartes, sesuai dengan semboyannya “Deus sen Natura” (Tuhan atau alam), Spinoza adalah seorang rasionalis yang mistik. Menurut Spinoza, seluruh kenyataan merupakan kesatuan, dan kesatuan sebagai satu-satunya substansi sama dengan Tuhan atau alam. Segala sesuatu termuat dalam Tuhan-alam. Tuhan sama dengan aturan kosmos, Kehendak Tuhan berarti sama dengan kehendak alam, sehingga hukum-hukum alam sama dengan kehendak Tuhan (Solomon, 1981:71).
      Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716. Ia filosofi Jerman, matematikawan, fisikawan,dan sejarahwan. Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi, yaitu prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alas an untuk setiap yang diciptakan-Nya.

      Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak, ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiapmonad berbeda satu dari yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monadmonad itu.
      1. Empirisme
      Istilah empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau alat indra, dan ditambah akhiranisme, sebagai suatu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan/kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh/bersumber dari panca indra manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

      Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan sangat besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian ada anggapan bahwa pengetahuanlah yang bermanfat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama Empirisme.

      Sebagai tokohnya ialah Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1932-1704), David Hume (1711-1776).

      • Thomas Hobbes (1588-1679)

      Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan pada tanggal 15 April 1588di Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer dari London, Inggris. Hobbes sendiri ialah filosof yang beraliran empirisme. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut pandang empirisme-materialisme, serta pandangan tentang hubungan manusia dengan sistem negara.
      Hobbes memiliki pengaruh terhadap seluruh bidang kajian moral di Inggris serta filsafat politik, khususnya melalui bukunya yang amat terkenal “Leviathan”. Hobbes tidak hanya terkenal di Inggris tetapi juga di Eropa Daratan. Selain dikenal sebagai filosof, Hobbes juga terkenal sebagai ahli matematika dan sarjana klasik. Ia pernah menjadi guru matematika Charles II serta menerbitkan terjemahan Illiad dan Odyssey karya Homeros.
      • John Locke (1932-1704)
      John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset. Locke adalah seorang filosof Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sebagai filosof negara liberal. Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur terpenting di era Pencerahan. Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu. Kemudian Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

      Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berhubungan dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis. Karya-karya Locke yang terpenting adalah “Esai tentang Pemahaman Manusia” (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi” (Letters of Toleration), dan “Dua Tulisan tentang Pemerintahan” (Two Treatises of Government).

      • David Hume (1711-1776)
      David Hume lahir 26 April 1711 dan meninggal pada 25 Agustus 1776. Ia adalah filosof Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Karyanya The History of England merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70 tahun sampai Karya Macaulay.

      Hume merupakan filosof besar pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolakan atas prevalensi dalam konsepsi dari pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci; sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam doktrin ‘Image of God’.Doktrin ini diasosiasikan dengan kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan. Skeptisme Hume datang dari penolakannya atas ideal di dalam’.

      1. Kriticisme
      Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. (Ahmad Syadali, 2004:116)

      Aliran ini muncul pada abad ke-18, suatu zaman dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Sebagai latar belakang dari aliran ini manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang sangat bagus. Di sisi lain, jalanny filsafat terasa tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang dengan ilmu pengetahuan.
      Tokoh – tokohnya antara lain Immanuel Kant (1724-1804).
      Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg, Jerman. Pendidikan dasarnya ditempuh Kant di Saint George’s Hospital School, kemudian dilanjutkan ke Collegium Fredericianum, sebuah sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist. Pada tahun 1740, Kant menempuh pendidikan di University of Königsberg dan mempelajari tentang filosofi, matematika, dan ilmu alam.

      Kant mempublikasikan beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah. Pada tahun 1755-1770, Kant bekerja sebagai dosen sambil terus mempublikasikan beberapa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profesor didapatkan Kant di Königsberg pada tahun 1770.
      Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:
      · Apakah yang bisa kuketahui?
      · Apakah yang harus kulakukan?
      · Apakah yang bisa kuharapkan?
      Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
      · Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indera. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
      · Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
      · Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
      – Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan keempat: “Apakah itu manusia?”

      4. Idealisme
      Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya.

      Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini. Aliran ini muncul pada abad ke-18.
      Pelopor aliran ini ialah J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Schelling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Arthur Schopenhauer (1788-1860).

      • J. G. Fichte (1762-1914)
      Fichte adalah tokoh idealisme subyektif, yaitu pandangan bahwa sumber pengenalan/pengetahuan bukanlah rasio teoritis atau praktis seperti kata Immanuel Kant, melainkan pada aktivitas Ego. Pemikirannya didasarkan pada konsep Ego Mutlak; yang menemukan dan meneruskan pengertian-pengertian tentang obyek; ego tidak hanya sebagai “penemu”, melainkan kata Fichte sekaligus sebagai yang “menciptakan benda-benda” (obyek). Dengan demikian, peran manusia sebagai subyek sangat dominan di dalam menggagaskan sesuatu.
      • F. W. J. Schelling (1775-1854)
      Schelling adalah tokoh idealisme obyektif sebagai kebalikan dari idealisme subyektif. Menurut Schelling, kebenaran gambaran tentang dunia tidaklah ditentukan oleh subyek (ego), melainkan oleh obyek pengamatan, yaitu bagaimana obyek itu menampilkan dirinya, atau bagaimana obyek menyadarkan subyek. Apabila aku (ego) menentukan kehendak, hal itu diharuskan oleh kemestian yang mendahului kehendak, yaitu seluruh obyek pengamatan kecuali sebagai pemberi kehendak, juga sebagai pemberi arah bahkan mampu merubah kehendak.
      • Hegel (1770-1831)
      Hegel adalah tokoh idealisme mutlak, yang sangat berperan bagi penyemburnaan idealisme. Hegel berhasil menampilkan idealisme yang terpadu setelah dikoyak-koyak oleh Fichte dan Schelling. Apabila Fichte bersifat subyektif dan Schelling bersifat obyektif, maka Hegel melihat secara keseluruhan (totalitas). Membuktikan kebenarannya yang mutlak itu, Hegel menyusun alur pikir yang disebut dengandialektika, yaitu tesis, antitesis dan sintesis.
      • Arthur Schopenhauer (1788-1860).
      Arthur Schopenhauer lahir di Danzig atau Gdańsk. Dia adalah putra dari Heinrich Floris Schopenhauer dan Johanna Schopenhauer. Kedua orang tuannya adalah keturunan orang kaya Jerman dan keluarga bangsawan. Schopenhauer pun kuliah dan menjadi mahasiswa di Universitas Göttingen pada tahun 1809. Pada masa perkuliahannya, dia belajar tentang metafisika dan psikologi di bawah bimbingan Gottlob Ernst Schulze, penulis buku Aenesidemus, yang mengajurkannya agar berkonsentrasi pada Plato dan Immanuel Kant.

      Dalam perkembangan filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (Das Ding An Sich) tidak pernah bisa diketahui manusia. Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri(Das Ding An Sich) itu bisa diketahui, yakni “kehendak”.
      1. Positivisme
      Positivisme ini lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya ialah apa yang telah diketahui adalah sesuatu yang faktual dan yang positif, sehingga aliran yang menganut metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman- pengalaman objektif saja. Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-fakta tersebut di olah dan di atur untuk dapat memberikan asumsi (proyeksi) pada masa depan.
      Beberapa tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873), Herbert Spencer (1820-1903).

      • August Comte (1798-1857)
      August Comte dilahirkan di Montpellier, Perancis, tahun 1798. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dandiperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Iahanya menyempurnakan Empirisme dan Rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metoda ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuranukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan Empirisme plus Rasionalisme.
      1. Fenomenologi
      Kata “fenomenologi” berasal dari kata Yunani “fenomenon”, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa indonesia biasa dipakai istilahgejola. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau segala sesuatu yang menampakkan diri.
      Tokoh aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938)

      • Edmund Husserl (1859-1938)
      Ia adalah pendiri fenomenologi yang berpendapat bahwa ada kebenaran untuk semua orang, dan manusia dapat mencapainya. Adapun inti pemikiran fenomenologi menurut Husserl adalah bahwa untuk menemukan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali pada “benda-benda”Zu den Sactien (to the things).

      1. Materialisme
      Istilah materialisme dapat diberi definisi dengan berbagai cara. Pertama, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran termasuk didalamnya. Kedua, doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik. Pada akhir-akhir ini, doktrin tersebut dijelaskan sebagai energism yang mengembalikan segala sesuatu pada bentuk energi, atau sebagai suatu bentuk dari positivisme yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature, of reality.(Juhaya S.Pradja, 2000:96)
      1. Eksistensialisme
      Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berart, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh subjek benda tersebut. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan-merncanakan, yang berdasar pada pengalaman yang nyata/konkret.
      Aliran ini merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada dalam dunia. Pelopornya ialah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.

      1. Pragmatisme
      Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, kata pragma yang artinya tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata, misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.
      Tokoh dari aliran Pragmatisme ialah William James (1842-1910), John Dewey (1859 M)

      • William James (1842-1910)
      James lahir di New York City pada tahun 1842 M. Pandangan filsafatnya, diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Menurut James, dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada satu asas saja. Dunia adalah dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan. Segala macam pengalaman keagamaan mempunyai nilai yang sama, jika akibatnya sama-sama memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.
      James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktikkannya dalam pendidikan.
      • John Dewey (1859 M)
      Sebagai pengikur filsafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya. Oleh karena itu, filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis. Secara umum, Pragmatisme berarti hanya idea yang dapat dipraktikkan yang benar dan berguna.


      1. SEJARAH PERKEMANGAN ILMU PADA MASA MODERN

      Epistemologis perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan selama masa modern sangat mempengaruhi dan mengubah manusia dan dunianya. Terjadilah revolusi I (dengan pemakaian mesin-mesin mekanis), lalu revolusi II (dengan pemakaian listrik dan titik awal pemakaian sinar-sinar), dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini. Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia.

      Tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad 17-19 M):
      • Sir Isaac Newton (1643-1727 M)
      • Leibniz (1646-1716 M)
      • Joseph Black (1728-1799 M)
      • Joseph Prestley (1733-1804 M)
      • Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M)
      • J.J. Thompson
      Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika, geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman kontemporer.

      KESIMPULAN

      Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
      Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya.
      filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
      • Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
      • Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292)
      • Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).
       Selain aliran itu, juga muncul aliran-aliran besar beserta tokoh dan pemikirannya yangikut berperan mengisi lembaran filsafat modern, antara lain yaitu idealisme, materialisme,positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.
      DAFTAR PUSTAKA

      Tafsir Ahmad. 1990. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

      Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia

      Burhanuddin, Afid. “Education for better life” Dalam https://afidburhanuddin.wordpress.com.27 Maret.

      http://rudipeacelover.blogspot.com. 2013. “Makalah sejarah perkembangan ilmu”. Mei 2013

      ___________
      Disusun Oleh
      Siti Nurjanah, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

      Posting Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Modern"