Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Modern
Sejarah perkembangan ilmu dari masa ke masa memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Namun dalam perkembangannya selalu memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dan saling melengkapi. Perkembangan ilmu selalu berubah sesuai perkembangan jaman, yang ditandai dengan berbagai perkembangan ilmu antara lain perkembangan ilmu pada masa Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Modern dan Post modern. Dari setiap perkembangan ilmu tersebut memiliki sejarah masing-masing.
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
Renaissance sendiri berarti kelahiran kembali, yang mengacu pada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14).Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat yunani dengan ajaran agama Kristen dan juga dimaksudkan untuk mempesatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Bertrand Russell (1979:479) menyatakan bahwa dalam sejarah, sebuah masa secara umum dapat dinyatakan sebagai masa ‘modern’, dapat dilihat dari berbagai sisi adanya perubahan mental yang menunjukkan perbedaan bila dibanding dengan masa pertengahan. Paling tidak perbedaan itu tampak dalam dua hal yang sangat penting, yaitu pertama, berkurangnya cengkraman kekuasaan gereja dan kedua, bertambah kuatnya otoritas ilmu pengetahuan. Selanjutnya, Russel menyatakan bahwa penolakan terhadap kekuasaan gereja yang merupakan ciri negatif dunia modern dimulai lebih awal daripada menerima otoritas ilmu pengetahuan sebagai ciri positifnya. Masa Renaissance di Italia, ilmu pengetahuan dengan peran yang sangat kecil terpaksa harus melakukan perlawanan terhadap kekuasaan gereja.
Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya. Kondisi semacam itulah yang hendak dihidupkan kembali pada zaman modern. Kebebasan berpikir sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan.
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh usaha besar dari Descartes untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya Zaman Modern).
Ahmad Syadali dan Mudzakir (2004:101) menguraikan secara panjang lebar bahwa filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Pelopor dari alirannya adalah Rene Descartes (1596-1650), Spinoza (1632-1677), Leibniz (1646-1716).
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Rene Decartes adalah “Bapak filsafat modern” dan peletak fondasi aliran ini. Karya pentingnya ialah Discours de la Methode (Uraian tentang Metode), terbit tahun 1637; Mediationes de Prima Philosophia (Renungan Tentang filsafat), terbit tahun 1641; dan Principia Philosophic (Prinsip-prinsip Filsafat), terbit tahun 1644.
Descartes, kadang dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”, adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filosof kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir (Rasionalisme).
Pemikiran Descartes yang penting adalah diktum kesangsian.Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Arti dari keduanya adalah: “Aku berpikir maka aku ada”. (Ing: I think, therefore I am).
Berbeda dengan Descartes, sesuai dengan semboyannya “Deus sen Natura” (Tuhan atau alam), Spinoza adalah seorang rasionalis yang mistik. Menurut Spinoza, seluruh kenyataan merupakan kesatuan, dan kesatuan sebagai satu-satunya substansi sama dengan Tuhan atau alam. Segala sesuatu termuat dalam Tuhan-alam. Tuhan sama dengan aturan kosmos, Kehendak Tuhan berarti sama dengan kehendak alam, sehingga hukum-hukum alam sama dengan kehendak Tuhan (Solomon, 1981:71).
Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716. Ia filosofi Jerman, matematikawan, fisikawan,dan sejarahwan. Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi, yaitu prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alas an untuk setiap yang diciptakan-Nya.
Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak, ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiapmonad berbeda satu dari yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monadmonad itu.
Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan sangat besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian ada anggapan bahwa pengetahuanlah yang bermanfat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama Empirisme.
Sebagai tokohnya ialah Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1932-1704), David Hume (1711-1776).
Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan pada tanggal 15 April 1588di Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer dari London, Inggris. Hobbes sendiri ialah filosof yang beraliran empirisme. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut pandang empirisme-materialisme, serta pandangan tentang hubungan manusia dengan sistem negara.
Hobbes memiliki pengaruh terhadap seluruh bidang kajian moral di Inggris serta filsafat politik, khususnya melalui bukunya yang amat terkenal “Leviathan”. Hobbes tidak hanya terkenal di Inggris tetapi juga di Eropa Daratan. Selain dikenal sebagai filosof, Hobbes juga terkenal sebagai ahli matematika dan sarjana klasik. Ia pernah menjadi guru matematika Charles II serta menerbitkan terjemahan Illiad dan Odyssey karya Homeros.
Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berhubungan dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis. Karya-karya Locke yang terpenting adalah “Esai tentang Pemahaman Manusia” (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi” (Letters of Toleration), dan “Dua Tulisan tentang Pemerintahan” (Two Treatises of Government).
Hume merupakan filosof besar pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolakan atas prevalensi dalam konsepsi dari pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci; sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam doktrin ‘Image of God’.Doktrin ini diasosiasikan dengan kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan. Skeptisme Hume datang dari penolakannya atas ideal di dalam’.
Aliran ini muncul pada abad ke-18, suatu zaman dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Sebagai latar belakang dari aliran ini manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang sangat bagus. Di sisi lain, jalanny filsafat terasa tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang dengan ilmu pengetahuan.
Tokoh – tokohnya antara lain Immanuel Kant (1724-1804).
Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg, Jerman. Pendidikan dasarnya ditempuh Kant di Saint George’s Hospital School, kemudian dilanjutkan ke Collegium Fredericianum, sebuah sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist. Pada tahun 1740, Kant menempuh pendidikan di University of Königsberg dan mempelajari tentang filosofi, matematika, dan ilmu alam.
Kant mempublikasikan beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah. Pada tahun 1755-1770, Kant bekerja sebagai dosen sambil terus mempublikasikan beberapa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profesor didapatkan Kant di Königsberg pada tahun 1770.
Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:
· Apakah yang bisa kuketahui?
· Apakah yang harus kulakukan?
· Apakah yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
· Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indera. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
· Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
· Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
– Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan keempat: “Apakah itu manusia?”
4. Idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya.
Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini. Aliran ini muncul pada abad ke-18.
Pelopor aliran ini ialah J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Schelling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Arthur Schopenhauer (1788-1860).
Dalam perkembangan filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (Das Ding An Sich) tidak pernah bisa diketahui manusia. Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri(Das Ding An Sich) itu bisa diketahui, yakni “kehendak”.
Beberapa tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873), Herbert Spencer (1820-1903).
Tokoh aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938)
Istilah materialisme dapat diberi definisi dengan berbagai cara. Pertama, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran termasuk didalamnya. Kedua, doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik. Pada akhir-akhir ini, doktrin tersebut dijelaskan sebagai energism yang mengembalikan segala sesuatu pada bentuk energi, atau sebagai suatu bentuk dari positivisme yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature, of reality.(Juhaya S.Pradja, 2000:96)
Aliran ini merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada dalam dunia. Pelopornya ialah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
Tokoh dari aliran Pragmatisme ialah William James (1842-1910), John Dewey (1859 M)
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktikkannya dalam pendidikan.
Epistemologis perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan selama masa modern sangat mempengaruhi dan mengubah manusia dan dunianya. Terjadilah revolusi I (dengan pemakaian mesin-mesin mekanis), lalu revolusi II (dengan pemakaian listrik dan titik awal pemakaian sinar-sinar), dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini. Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia.
Tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad 17-19 M):
KESIMPULAN
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya.
filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir Ahmad. 1990. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia
Burhanuddin, Afid. “Education for better life” Dalam https://afidburhanuddin.wordpress.com.27 Maret.
http://rudipeacelover.blogspot.com. 2013. “Makalah sejarah perkembangan ilmu”. Mei 2013
___________
Disusun Oleh
Siti Nurjanah, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
http://www.anneahira.com/contoh-abstrak.htm |
Bertrand Russell (1979:479) menyatakan bahwa dalam sejarah, sebuah masa secara umum dapat dinyatakan sebagai masa ‘modern’, dapat dilihat dari berbagai sisi adanya perubahan mental yang menunjukkan perbedaan bila dibanding dengan masa pertengahan. Paling tidak perbedaan itu tampak dalam dua hal yang sangat penting, yaitu pertama, berkurangnya cengkraman kekuasaan gereja dan kedua, bertambah kuatnya otoritas ilmu pengetahuan. Selanjutnya, Russel menyatakan bahwa penolakan terhadap kekuasaan gereja yang merupakan ciri negatif dunia modern dimulai lebih awal daripada menerima otoritas ilmu pengetahuan sebagai ciri positifnya. Masa Renaissance di Italia, ilmu pengetahuan dengan peran yang sangat kecil terpaksa harus melakukan perlawanan terhadap kekuasaan gereja.
Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya. Kondisi semacam itulah yang hendak dihidupkan kembali pada zaman modern. Kebebasan berpikir sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan.
DEFINISI/KARAKTERISTIK PEMIKIRAN PADA MASA MODERN
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh usaha besar dari Descartes untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya Zaman Modern).
Ahmad Syadali dan Mudzakir (2004:101) menguraikan secara panjang lebar bahwa filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
- Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
- Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292)
- Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
ALIRAN, TOKOH DAN PEMIKIRANNYA PADA MASA MODERN
- Rasionalisme
Pelopor dari alirannya adalah Rene Descartes (1596-1650), Spinoza (1632-1677), Leibniz (1646-1716).
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Rene Decartes adalah “Bapak filsafat modern” dan peletak fondasi aliran ini. Karya pentingnya ialah Discours de la Methode (Uraian tentang Metode), terbit tahun 1637; Mediationes de Prima Philosophia (Renungan Tentang filsafat), terbit tahun 1641; dan Principia Philosophic (Prinsip-prinsip Filsafat), terbit tahun 1644.
Descartes, kadang dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”, adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filosof kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir (Rasionalisme).
Pemikiran Descartes yang penting adalah diktum kesangsian.Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je pense donc je suis. Arti dari keduanya adalah: “Aku berpikir maka aku ada”. (Ing: I think, therefore I am).
- Spinoza (1632-1677)
Berbeda dengan Descartes, sesuai dengan semboyannya “Deus sen Natura” (Tuhan atau alam), Spinoza adalah seorang rasionalis yang mistik. Menurut Spinoza, seluruh kenyataan merupakan kesatuan, dan kesatuan sebagai satu-satunya substansi sama dengan Tuhan atau alam. Segala sesuatu termuat dalam Tuhan-alam. Tuhan sama dengan aturan kosmos, Kehendak Tuhan berarti sama dengan kehendak alam, sehingga hukum-hukum alam sama dengan kehendak Tuhan (Solomon, 1981:71).
Gottfried Eilhelm von Leibniz lahir pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716. Ia filosofi Jerman, matematikawan, fisikawan,dan sejarahwan. Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi, yaitu prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alas an untuk setiap yang diciptakan-Nya.
Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak, ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiapmonad berbeda satu dari yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monadmonad itu.
- Empirisme
Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal ini terjadi karena filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain, ilmu pengetahuan sangat besar sekali manfaatnya bagi kehidupan. Kemudian ada anggapan bahwa pengetahuanlah yang bermanfat, pasti dan benar hanya diperoleh lewat indera (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama Empirisme.
Sebagai tokohnya ialah Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1932-1704), David Hume (1711-1776).
- Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan pada tanggal 15 April 1588di Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer dari London, Inggris. Hobbes sendiri ialah filosof yang beraliran empirisme. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut pandang empirisme-materialisme, serta pandangan tentang hubungan manusia dengan sistem negara.
Hobbes memiliki pengaruh terhadap seluruh bidang kajian moral di Inggris serta filsafat politik, khususnya melalui bukunya yang amat terkenal “Leviathan”. Hobbes tidak hanya terkenal di Inggris tetapi juga di Eropa Daratan. Selain dikenal sebagai filosof, Hobbes juga terkenal sebagai ahli matematika dan sarjana klasik. Ia pernah menjadi guru matematika Charles II serta menerbitkan terjemahan Illiad dan Odyssey karya Homeros.
- John Locke (1932-1704)
Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berhubungan dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis. Karya-karya Locke yang terpenting adalah “Esai tentang Pemahaman Manusia” (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi” (Letters of Toleration), dan “Dua Tulisan tentang Pemerintahan” (Two Treatises of Government).
- David Hume (1711-1776)
Hume merupakan filosof besar pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolakan atas prevalensi dalam konsepsi dari pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci; sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam doktrin ‘Image of God’.Doktrin ini diasosiasikan dengan kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan. Skeptisme Hume datang dari penolakannya atas ideal di dalam’.
- Kriticisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18, suatu zaman dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme. Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Sebagai latar belakang dari aliran ini manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang sangat bagus. Di sisi lain, jalanny filsafat terasa tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang dengan ilmu pengetahuan.
Tokoh – tokohnya antara lain Immanuel Kant (1724-1804).
Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg, Jerman. Pendidikan dasarnya ditempuh Kant di Saint George’s Hospital School, kemudian dilanjutkan ke Collegium Fredericianum, sebuah sekolah yang berpegang pada ajaran Pietist. Pada tahun 1740, Kant menempuh pendidikan di University of Königsberg dan mempelajari tentang filosofi, matematika, dan ilmu alam.
Kant mempublikasikan beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah. Pada tahun 1755-1770, Kant bekerja sebagai dosen sambil terus mempublikasikan beberapa naskah ilmiah dengan berbagai macam topik. Gelar profesor didapatkan Kant di Königsberg pada tahun 1770.
Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:
· Apakah yang bisa kuketahui?
· Apakah yang harus kulakukan?
· Apakah yang bisa kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
· Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indera. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
· Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
· Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
– Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan keempat: “Apakah itu manusia?”
4. Idealisme
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya.
Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu. Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sirna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini. Aliran ini muncul pada abad ke-18.
Pelopor aliran ini ialah J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Schelling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Arthur Schopenhauer (1788-1860).
- J. G. Fichte (1762-1914)
- F. W. J. Schelling (1775-1854)
- Hegel (1770-1831)
- Arthur Schopenhauer (1788-1860).
Dalam perkembangan filsafat, Schopenhauer dipengaruhi dengan kuat oleh Imanuel Kant dan juga pandangan Buddha. Pemikiran Kant nampak di dalam pandangan Schopenhauer tentang dunia sebagai ide dan kehendak. Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia terbatas pada bidang penampakan atau fenomena, sehingga benda-pada-dirinya-sendiri (Das Ding An Sich) tidak pernah bisa diketahui manusia. Schopenhauer mengembangkan pemikiran Kant tersebut dengan menyatakan bahwa benda-pada-dirinya-sendiri(Das Ding An Sich) itu bisa diketahui, yakni “kehendak”.
- Positivisme
Beberapa tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873), Herbert Spencer (1820-1903).
- August Comte (1798-1857)
- Fenomenologi
Tokoh aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938)
- Edmund Husserl (1859-1938)
Istilah materialisme dapat diberi definisi dengan berbagai cara. Pertama, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran termasuk didalamnya. Kedua, doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik. Pada akhir-akhir ini, doktrin tersebut dijelaskan sebagai energism yang mengembalikan segala sesuatu pada bentuk energi, atau sebagai suatu bentuk dari positivisme yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature, of reality.(Juhaya S.Pradja, 2000:96)
- Eksistensialisme
Aliran ini merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada dalam dunia. Pelopornya ialah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel.
- Pragmatisme
Tokoh dari aliran Pragmatisme ialah William James (1842-1910), John Dewey (1859 M)
- William James (1842-1910)
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktikkannya dalam pendidikan.
- John Dewey (1859 M)
- SEJARAH PERKEMANGAN ILMU PADA MASA MODERN
Epistemologis perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan selama masa modern sangat mempengaruhi dan mengubah manusia dan dunianya. Terjadilah revolusi I (dengan pemakaian mesin-mesin mekanis), lalu revolusi II (dengan pemakaian listrik dan titik awal pemakaian sinar-sinar), dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini. Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia.
Tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern (abad 17-19 M):
- Sir Isaac Newton (1643-1727 M)
- Leibniz (1646-1716 M)
- Joseph Black (1728-1799 M)
- Joseph Prestley (1733-1804 M)
- Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M)
- J.J. Thompson
KESIMPULAN
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh tekanan-tekanan di luar dirinya.
filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
- Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
- Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292)
- Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir Ahmad. 1990. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia
Burhanuddin, Afid. “Education for better life” Dalam https://afidburhanuddin.wordpress.com.27 Maret.
http://rudipeacelover.blogspot.com. 2013. “Makalah sejarah perkembangan ilmu”. Mei 2013
___________
Disusun Oleh
Siti Nurjanah, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Posting Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Ilmu Pada Masa Modern"