Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

 Tulis Artikel dan dapatkan Bayaran Tiap Kunjungan Rp 10-25 / kunjungan. JOIN SEKARANG || INFO LEBIH LANJUT

Tantangan dalam Penerapan Pendidikan Berkarakter

Persoalan budaya dan karakter bangsa akhir-akhir ini telah banyak menyita perhatian berbagai kalangan, baik pemerintahan maupun seluruh masyarakat di indonesia. Sorotan mengenai budaya karakter bangsa indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Adanya keprihatinan terhadap perkembangan budaya dan karakter bangsa kita akhir-akhir ini. Sekarang banyak kita saksikan konflik horizontal dan kekerasan di mana-mana baik yang mengatasnamankan agama, suku, maupun perbedaan kepentinan. Belum lagi masalah korupsi, mafia pajak, mafia hukum telah mewarnai berita-berita di media massa.
Image: https://www.facebook.com/bermaindanbelajar/
Pada acara peringatan hari nasional (hardiknas) tanggal 2 mei 2010 yang lalu. Menteri pendidikan nasional menentukan tema yaitu “pendidikan karakter untuk keberadapan bangsa” sungguh menjadi satu kejutan tersendiri bagi banyak orang yang sudah lama lupa dengan pendidikan moral (PMP) yang kini telah tiada dan hanya tinggal menjadi sebuah nama perjalanan sejarah masa lalu, untuk mengatasi kemroosotan budaya dan karakter bangsa tersebut banyak pihak keyakinan bahwa pendidikan masih berperan penting. Pendidikan di anggap sebagai alternatif yang bersifat preventif yang diharapkan dapat mengembangkan budaya dan karakter generasi muda bangsa kita dalam berbagai aspek kehidupan yang dapat memperkecil atau mengurangi penyebab berbagai masalah kemerosotan budaya dan karakter bangsa.

Dari pendapat ang di kemukakan oleh para kemuka atau tokoh masyarakat parapemerhati pendidikan dan masyarakat luas diberbagai media. Pendidikan nasional pada awal tahun2010 menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat akan perlunya pendidikan budaya dan karakter bangsa dan pemerintah telah melihat bahwa kebutuhan secara imperatif untuk mencetak manusia indonesia sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.


Pengertian pendidikan karakter

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara terencana dalam pengembangan potensi peserta didik, agae memiliki sistem berfikir, sistem nilai, moral dan keyakinan yang diwariskan oleh mmasyarakat untuk berkembang sesuai kehidupan pada masa yang akan mendatang. Sedangkan karakter adalah watak, tabiat, akhlaq, atau kepribadian seorang yang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan ( virtues).

Pendidikan budaya karakter jelas telah tertuang dalam pasal 3 UUD No 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradapan bangsa, pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seorang yang akan berkembang di lingkungan budaya, pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Pendidikan karakter lebih menekankan pada dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi. Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukkan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial dengan perilaku dan sikap hidup yang memilikinya.

Mengapa melalui pendidikan.

Education is not a preparation for life, but it’s life it self, Pendidikan pada hakikatnya bukanlah sebuah penyiapan untuk hidup, tetapi pendidikan adalah kehidupan sendiri oleh karena itu, benar kata WS Rendra dalam satu puisinya telah nmempertanyakan tentangadanya papan tulis. Meskipun hasil pendidikantidak akan terlihat dalam waktu cepat, namun perlahan-lahan pasti akan memiliki dampak dan daya tahan yang kuat di masyarat sehingga segala gerak pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah merupakan gambaran dari apa yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Merosotnya mental kolektif masyarakat yang berpengaruh terhadap jatuhnya wibawa sebagai bangsa di mata bangsa-bangsa lain di dunia. Peringatan para pakar pendidikan itu direspon positif oleh pemerintah dengan rancangan penerapan.

Pendidikan karankter yang pelaksanaannya terintergrasi pada semua mata pelajaran dan kegiatan di sekolah. Tidak kurang kementrian pendidikan nasional diantaranya menggandeng komisi pemberantassan korupsi (KPK) untuk membuat kurikulum pendidikan karakter antikorupsi, yang mulai diterapkan. Keyakinan bahwa lembaya pendidikan antar pilih yang epat sebagai garda terdepan dalam pembentukkan karakter.

Pedididikan karakter seharusnya membawa peserta didik kepengenalan secara kognitif, penghayatan secara efektif, dan akhirnya pengalaman nilai secara nyata dan selama ini pendidikan kurang berhasil membentuk karakter bangsa.

Ranah pendidikan karakter

Menurut Grand Design pendidikan karakter kementerian pendidikan nasional (2010) pendidikan karakter merupakan suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan pendidikan agar memiliki nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang meliputi ranah dan pikir, olah hati, olahraga (kinesthetik) dan olah rasa. Model pendidikan karakter yang mencangkup rabah ini adalah mengacu pada karakter kepribadian atau akhlaq rosululloh muhammad saw. Mencangkup fathonah (cerdas) sebagai hasil dari olah fikir sidiq (jujur) sebagai hasil dari olah hati amanah ( tanggung jawab) dan sebagai hasil olah kinestik dan tablig (peduli) sebagai hasil olah rasa. Di sisi lain model pendidikan karakter yang lain menekankan pentingnya pengembangan karakter.

Respect

Menghormati kaitannya dengan kenyataan, bahwa dilingkup pendidikan karakter kemungkinan besar dapat berbeda baik dalam jumlah maupun jenis pilar karakter mana yang akan lebih menjadi penekanan. Jumlah dan jenis pilar karakter yang mana dapat berbeda antaranya daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain tergantung gensi dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pada saat ini pilar toleransi, kedamaian dan kesatuan di pandang menjdi sangat penting untuk lebih di tonjolkan karena potensi kemajemukan bangsa dan negara yang telah ada akhir-akhir ini banyak menimbulkan kerawanan, tawuran antar warga, tawuran antar etnies dan bahkan tawuran antar mahasiswa. Dan masih menjadi fenomena yang menjadi dalam kehidupan kita, selain itu perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pergaulan dan pandangan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut.

Sebagai contoh, pilar cinta tuhan dan segenap ciptaanya boleh tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin dalam pilar-pilar yang lainnya

Strategi pendidikan karakter

Dalam grand design pendidikan karakter dinyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dalam pemberdayaan peserta didik kadang memiliki nilai-nilai luhur dan berperilaku berkarakter yang dilakukan melalui pusat pendidikan yaitu; pendidikan dikeluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan dimasyarakat. Untuk diterapkan secara nyata di dalam kehidupan bermasyarakat (community), juga harus tercermin dalam kegiatan di dunia usaha atau dunia kerja (business. Pengembangan budaya dan karakter tanpa pada prinsipnya tidak terbentuk sebagai pokok bahasan, tetapi terintregrasi kedalam setiap mata pelajaran.

Program pengembangan diri melalui ekstrakurikuler, dan budaya sekolah dalam bentuk pembiasaan pendidikan karakter disekolah dilakukan melalui nilai-nilai kebajikan yang menjadi nilai budaya dan karakter bangsa .adapun tujuan pendidikan karakter melalui pendidikan diekolah untuk mengembangkanpotensi kalbu, nurani, efektif. Peserta didik manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan berkarakter.

Pendidikan dan sekolah perlu mengintregasikan nilai-nilai yang akan dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Prinsip pembelajaran yang di gunakan dalam pengembangan karakter bangsa adalah dengan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya berkarakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil melalui tahapan pemilihan.dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berfikir bersikap dan berbuat. Pada dasarnya nilai-nilai luhur tersebut tidak diajarkan tetapi di kembangkan dan proses pendidikan yang dijalani oleh peserta didik dilakukan secara aktif.

TANTANGAN INTERNAL

Proses pendidikan di sekolah kita sampai saat ini ternyata masih lebih mengutamakan aspek kognitif danpsikomotatiknya ketimbang efektifnya. Model evaluasi melalui ujian nasionalnya ketimbang aspek kejujuran. Bahkan kabar yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa banyak oleh peserta ujian nasional tersebut telah di koordinir dan mendapat restu dari guru dan kepala sekolah, sebab jika banyak siswanya tidak lulus bisa jadi kepala sekolahnya akan mendapat sanksi dari dinas atau bupati dan walikota. Untuk itu, guru lebih di tuntut untuk memberikan praktek dan contohnya yang baik terhadap siswa. Dengan demikian guru adalah seorang motivator dan sekaligus menjadi seorang teladan bagi siswa siswinya. Seorang guru selain di tuntut harus mempunyai beberapa kompetensi utama dalam pendidikan karakter membutuhkan guru yang dapat memberikan nilai yang dapat langsung di contoh pleh siswa.

Kedua adalah kompetensi untuk berinteraksi dan berkomunikasi guru harus dapat membangun hubungan yang baik dengan siswa tanpa menghilangkan sopan, santun antara guru dan murid melakukan pendekatan yang persuasif untuk meningkatkan motivasi dalam belajar, serta memberi sanksi yang sesuai dan konstruktif jika siswa melakukan kesalahan dan yang paling urgen adalah tidak ada legitimasi bagi guru untuk melakukan kekerasan terhadap siswa apapun alasannya baik kekerasan fisik maupun psikis

Ketiga adalah kompetensi bimbingan dan penyuluhan dalam teori tabularsa. Sebagai sebuah kertas putih yang bersih yang nanti akan di isi dengan catatan-catatan kehidupan. Oleh sebab itu, guru harus selalu memberi bimbingan di dalam pengisian kertas putih yang bersih ini. Karena siswa mungkin akan lebih merasa nyaman dengan salah satu guru tertentu dari pada guru yang lain. Tantangan-tantangan tersebut di atas, pendidikan karaakter di sekolah akan dihadapkan pada masih dominannya pemikiran filsafat rasionalisme dalam mewarnai praksis pendidikan disekolah. Alam semesta dan realistas akan dapat dipahami oleh manusia tanpa ketergantungan kepada pengamatan dan pengalaman empiri. Sumber pengetahuan adalah kemampuan akal yang secara deduktif tetapi konsekuen dari logis dapat menguasai segala sesuatu tanpa perlu pemikiran induktif berdasarkan pengalaman empiri.

Rasionalisme pada akhirnya memproklamirkan bahwa tuhan itu tidak ada. Selain itu, perkembangan praksis pendidikan di indonesia baik secara era orde lamadan orde baru, ternyata masih sangat mewarnai praksis pendidikankita saat ini. Di era tersebut pendidikan telah menjadi bagian dari politik praktis. Filsafat pendidikan telah digantikan dengan ideologi negara, yaitu proses pendidikan yang diarahkan kepada percepatan pembangunan, tanpa melihat kepada fundamen-fundamen pendidikan yang hakiki. Pengembangan manusia itu sendirin atau dehumanisasi maka telah mengarahkan orientasi pendidikan yang dehumanisasi. Pada orde reformasi, masyarakat indonesia masih berada pada masa transisi.

Mengubah suatu sistem pendidikan yang berorientasi dehumanisasi , memerlukan waktu yang sangat panjang. Pada masa orde lama telah menghasilkan “manusia ideologi” orde baru telah menghasilkan manusia-manusia mesin. Oleh karena itu manusia indonesia perlu direhumanisasi karena telah kehilangan manusiannya. Pendidikan karakter merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik agar memiliki nilai-nilai luhur dan perilaku yang berkarakter, yang dapat dilkukan melalui; intregasi nilai-nilai luhur dalam pembelajaran, melalui program pengembangan diri dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, dan dimanifestasikan kedalam data pergaulan dan budaya sekolah. Jalur pendidikan nilai-nilai luhur tersebut tidak boleh saling kontradisi, tetapi harus selaras dan saling memperkuat. Namun implementasi atau manifestasi nilai-nilai luhur dalam tata pergaulan dan kultur atau budaya disekolah pada umumnyamasih sulit terukur hasilnya.

TANTANGAN EKSTERNAL

Glombang globalisasi bukan hanya mengubah tatanan kehidupan global, tetapi juga telah mengubah tatanan kehidupan pada tingkat mikro. Pengaruh globalisasi didalam ikatan kehidupan sosial dapat bersifat positif, tetapi dapat pula bersifat negatif, salah satu dampak negatif dari proses globalisasi adalah kemungkinan terjadinya disintegrasi sosial. Bentuk-bentuk budaya global telah memasuki segala segi kehidupan sosial ditingkat mikro, sehingga dikhawatirkan bahwa nilai-nilai tradisi dan nilai moral yang hidup dimasyarakat semakin lama semakin terkikis. Bahkan pengertian mengenai negara bangsa –bangsa mulai berubah. Mana lahirlah bentuknasionalisme baru yang terkenal sebagai etno-nasionalisme atau bentuk negara.

Terdapat kecenderungan berkembangnya sentimen nasional yang beralih kepada sentimen primodial baik dalam bentuk budaya, ras, dan agama. Memang didasari etno-nasionalisme dapat menjurus kepada sentimen sukuismeyang eksekutif. Sementara itu diakui bahwa banyak faktor yang mempengauhi merosotnya nilai-nilai moralitas dalam tata kehidupan kolektif sebagai bangsa. Selain itu pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang membuat arus informasi begitu deras, norma-norma agama atau budaya nyaris tak mampu membendung informasi yang mendorong terjadinya degradasi moral. Apalagi norma hukum dan peraturan perundang-undangan mudah dibongkar pasang didekonstruksi dan direkonstruksi sesuai dengan kepentingan umum.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional
Koesoema, A Doni. 2010.Pendidikan karakter. Sumber: Kompas
Cyber Media Suparlan 2010. “Pendidikan Karakter dan Kecerdasan Ganda” http:www.suparlan.com
Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010). Grand Design Pendidikan Karakter.
Tilar,H.A.R 2010.
.Kyle,R.M.J.1985. Perubahan sosial dan Pendidikan. Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Grasindo). Reaching for excellence.
Washington U.S: Goverment Printing Office. Deal, T.E. & Peterson, K.D. (1999).
Shaping school culture: The heart of leadership. San Francisko: Jossey-Bass Publisher. Muhammad Mukhlisin (2010). “ Pendidikan Karakter Dimulai dari Karakter Guru.”
http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
__________
Disusun Oleh:
Rita Sugiarti

Posting Komentar untuk "Tantangan dalam Penerapan Pendidikan Berkarakter"